BERITA

Ini Dugaan Pemicu Tsunami di Anyer dan Lampung

MONITOR, Jakarta – BMKG menduga tsunami di Selat Sunda yang menerjang sejumlah lokasi di Banten dan Lampung disebabkan letusan atau longsoran Gunung Anak Krakatau. Menurut BMKG, ada kemiripan antara pola tsunami tersebut dengan yang terjadi di Palu.

Terkait hal ini, Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengatakan erupsi Gunung Anak Krakatau terjadi sejak beberapa bulan lalu.

“Terkait dengan aktivitas Gunung Anak Krakatau, memang Gunung Anak Krakatau ini sejak 28 Juni 2018 terus sampai sekarang itu memperlihatkan aktivitas yang cukup besar,” kata Kepala Badan Geologi ESDM Rudy Suhendar lewat video conference bersama BMKG, Minggu 23 Desember 2018.

Menurutnya, pada hari ini aktivitas Gunung Anak Krakatau memang terpantau di pos pengamatan. Namun, Rudy menegaskan aktivitas Gunung Anak Krakatau ini sudah terjadi hampir setiap hari. Rudy mengatakan erupsi Gunung Anak Krakatau terjadi dengan tipe strombolian.

Tipe erupsi ini berciri mengeluarkan lontaran disertai pijar ke ketinggian dan juga disertai leleran lava. “Letusan lontaran material gunung berapi ke atas dengan ketinggian ada yang sampai 1.500 (meter). Tapi yang terakhir itu, jam 19.00 WIB, yang bisa kami pantau ketinggiannya 100-300 meter,” ucapnya.

Rudy mengatakan erupsi sempat terjadi lagi sekitar pukul 21.00 WIB. Namun karena faktor cuaca yang kurang mendukung, tidak terpantau ketinggian lontaran dari Gunung Anak Krakatau. Rudy juga mengomentari soal kemungkinan terjadinya tsunami yang diakibatkan adanya longsoran material dari Gunung Anak Krakatau.

Dia mengatakan belum ada kesimpulan mengenai hal tersebut. PVMBG akan memastikan kondisi ada-tidaknya longsoran Gunung Anak Krakatau dengan mengecek ke lapangan. “Ini perlu kita pastikan sampai besok. Kalau secara visual dan morfologi Gunung Anak Krakatau memang ada kemungkinan, tapi kemungkinan sangat kecil bisa merontokkan tubuh dari Gunung Anak Krakatau. Tapi kita akan buktikan sebesar apa, kalau memang betul, itu dugaan bagian dari longsoran Gunung Anak Krakatau,” paparnya.

Rudy menegaskan erupsi yang terjadi di Gunung Anak Krakatau terjadi secara rutin. Rudy mengatakan pihaknya tidak mencatat frekuensi aktivitas Gunung Anak Krakatau yang mencurigakan.

“Karena kejadian letusan yang terjadi di 22 Desember ini sama dengan letusan-letusan yang terjadi beberapa hari atau beberapa minggu lalu, karena tiap hari terjadi letusan terus-menerus. Kemudian, dari catatan seismograf kami, gerakan tremomor sifatnya menurut. Tak ada frekuensi yang tinggi yang mencurigakan,” ucap Rudy.

Recent Posts

Menteri Agama Pertama Layak Diusulkan Sebagai Pahlawan Nasional

MONITOR, Jakarta - Direktur Jaminan Produk Halal Kemenag M Fuad Nasar menilai Menteri Agama pertama,…

4 jam yang lalu

Gelar RDP Bersama DPR, Kemenag Bahas Penguatan PTKIN

MONITOR, Jakarta - Kementerian Agama menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VIII DPR RI.…

7 jam yang lalu

Sesepuh Ponpes Buntet Nilai Penganugerahan Pahlawan Nasional Soeharto Tepat

MONITOR, Cirebon - Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada sepuluh tokoh dari berbagai…

9 jam yang lalu

Gus Dur Dapat Gelar Pahlawan, DPR: Beliau Wariskan Gagasan juga Energi Moral Bangsa

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi VIII DPR RI Maman Imanulhaq menyambut penuh haru keputusan pemerintah…

11 jam yang lalu

Prof Deding Ishak apresiasi Presiden Prabowo beri Gelar Pahlawan Nasional untuk Soeharto

MONITOR, Jakarta - Tokoh Nasional yang juga guru besar Universitas Islam Nusantara (Uninus), Prof Deding…

11 jam yang lalu

UIN Jakarta Beberkan Kesiapan Jadi PTNBH Ke DPR, Pendapatan Non-UKT jadi Andalan

MONITOR, Jakarta - Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta secara resmi melaporkan kesiapan mereka untuk beralih…

11 jam yang lalu