HEADLINE

Wapres JK: Data Pangan Sejak 1997 Tidak Akurat

MONITOR, Jakarta – Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengungkapkan persoalan data pangan yang tidak akurat dimulai sejak tahun 1997. Hal ini diungkapkan JK saat memimpin rapat koordinasi yang membahas penyempurnaan metode perhitungan produksi beras nasional agar menghasilkan statistik beras yang lebih akurat.

Rapat koordinasi berlangsung di Kantor Wapres, Jalan Medan Selatan, Jakarta Pusat, Senin (22/10/2018) lalu. Hadir di dalam rapat tersebut Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko, Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, dan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto.

“Kita baru rapat untuk mereview atau memeriksa daftar-daftar pertanyaan karena sudah 3 tahun data tentang produksi beras, padi, gabah tidak pernah dimuat lagi di BPS,” kata JK usai memimpin rapat.

JK mengatakan berbagai lembaga kompeten mulai dari BPS, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR), Badan Informasi Geospasial, serta Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) melakukan kajian untuk metode perhitungan produski beras.

“Kita kemudian mengambil suatu kesimpulan bahwa selama ini, sejak tahun 2000, sebelum tahun 2000 malah, sejak tahun 1997 terjadi suatu angka yang tidak sesuai dengan lapangan, ya itu angka produksi beras sejak 1997,” ujar JK.

Dengan demikian, menurut JK, persoalan ini harus dibenahi sehingga persoalan data pangan ke depan tidak lagi simpang siur dengan melakukan penyempurnaan metode perhitungan produski beras yang dilakukan secara komprehensif untuk seluruh tahapan. Tahapan pertama, perhitungan luas lahan sawah dilakukan oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertahanan Nasional (ATR/BPN) yang dibantu oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional (LAPAN).

Tahapan kedua, perhitungan luas panen dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Ketiga, perhitungan produktivitas per hektar dilakukan oleh BPS. Tahapan keempat perhitungan gabah kering menjadi beras dilakukan oleh BPS.

“Jadi kesimpulannya data pangan ini sejak tahun 1997 memang dinilai tidak akurat”, pungkas JK.

Recent Posts

Jasa Marga Raih Penghargaan Emas dalam Ajang SNI Award 2024

MONITOR, Jakarta - PT Jasa Marga (Persero) Tbk. kembali menorehkan prestasi dengan meraih Penghargaan Emas…

2 jam yang lalu

Pertamina Eco RunFest 2024 Siap Digelar Besok

MONITOR, Jakarta - Pertamina Eco RunFest 2024 siap digelar pada Minggu, 24 November 2024, di…

4 jam yang lalu

Perkuat Tradisi Literasi, Kemenag Gelar Kepustakaan Islam Award 2024, ini Pemenangnya!

MONITOR, Jakarta - Kementerian Agama (Kemenag) menggelar ajang perdana Kepustakaan Islam Award (KIA) di Jakarta…

4 jam yang lalu

Kemenag Gelar Malam Anugerah Kepustakaan Islam Award 2024

MONITOR, Jakarta - Kementerian Agama RI, melalui Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam menggelar Kepustakaan Islam…

7 jam yang lalu

Tragedi Penembakan Antar-Polisi, DPR: Ini Sangat Memalukan

MONITOR, Jatim - Anggota Komisi III DPR RI M. Nasir Djamil menyayangkan adanya kasus polisi tembak…

8 jam yang lalu

Dampingi DPR Kunker, Jasa Marga Paparkan Perkembangan Proyek Jalan Tol Jogja-Bawen dan Jalan Tol Jogja-Solo

MONITOR, Yogyakarta - PT Jasa Marga (Persero) Tbk. bersama anak usahanya, PT Jasamarga Jogja Bawen…

10 jam yang lalu