STORI

Kakawin Bharatayuddha, warisan indah di masa Jayabhaya

MONITOR – Salah satu karya indah yang diwariskan raja Jayabhaya di jaman Kediri adalah Kakawin Bharatayuddha. Kisah ini dituliskan cukup apik oleh Mpu Seddah dan dirampungkan oleh Mpu Panuluh antara tahun 1104 dan 1222. Babak permulaan sampai tampilnya prabu Salya ke medan perang merupakan karya Mpu Sedah, sementara sisanya adalah karya Mpu Panuluh.

Konon, kakawin ini kabarnya diselesaikan oleh Mpu Panuluh lantaran Mpu Seddah mati terbunuh di tangan raja Jayabhaya sendiri. Kejadian ini bermula saat Mpu Sedah mengutarakan maksudnya ingin mengupas kecantikan Dewi Setyawati, yang merupakan permaisuri prabu Salya. Ia pun membutuhkan contoh supaya dapat mendeskripsikan karyanya.

Prabu Jayabhaya lantas tak segan memberikan putrinya kepada Mpu Seddah. Sayangnya Mpu Seddah berbuat kurang ajar, sehingga ia dihukum dan karyanya harus diberikan kepada orang lain.

Akan tetapi, berdasarkan riwayat Mpu Panuluh sendiri, setelah hasil karya Mpu Sedah hampir rampung kisah sang prabu Salya yang akan berangkat ke medan perang, maka tak sampailah hatinya akan melanjutkannya, sehingga Mpu Panuluh diminta melanjutkannya. Kisah ini disebutkan pada akhir Kakawin Bharatayuddha.

Diakui, kala itu merupakan masa kejayaan kesusasteraan Jawa kuno berkembang. Jika menilik sisi budaya, Kakawin Bharatayuddha ditulis sebagai bagian dari sejarah Jawa Indonesia, yang menampilkan realita kehidupan raja Jayabhaya. Didalamnya juga mengangkat sepenggal kisah tentang perang keluarga antara Pandawa dengan Kurawa yang berasal dari India, namun seiring perkembangannya mengalami proses akulturasi.

Dalam kisah Bharata Yuddha, didalamnya menceritakan Arjuna sebagai pahlawan dari keluarga Pandawa melawan keluarga Kurawa, raja Jayabhaya sendiri terjalin dalam cerita Bharatayuddha. Artinya cerita Bharatayuddha yang menggambarkan perang antara dua keluarga itu telah diidentifikasikan dengan sejarah pribadi raja Jayabhaya sendiri.

Selain itu, Kakawin Bharatayuddha disebut-sebut sebagai kitab apologi atau kitab pembelaan Jayabhaya dari Kediri terhadap perbuatan yang menyerang dan menaklukkan Jenggala. Dengan ini, Mpu Seddah membebaskan raja Jayabhaya dari segala tujuan, bahwa ia telah menaklukkan kerajaan Jenggala yang dipimpin oleh salah satu keturunan Airlangga, jadi masih keluarganya sendiri.

Menurut kronogram yang terdapat pada awal kakawin ini, karya sastra ini ditulis ketika (tahun), sanga-kuda-śuddha-candramā. Sangkala ini memberikan nilai: 1079 Saka atau 1157 Masehi, pada masa pemerintahan prabu Jayabhaya. Persisnya kakawin ini selesai ditulis pada tanggal 6 November 1157.

Recent Posts

Menag Nasaruddin Umar Ceritakan Deklarasi Istiqlal ke Paus Leo XIV

MONITOR, Jakarta - Menteri Agama Nasaruddin Umar dalam kunjungan kerja ke Vatikan, Roma, menghadiri acara…

2 jam yang lalu

MAI Dukung Pemerintah jadikan Akuakultur Sektor Unggulan

MONITOR, Surabaya - Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) Prof. Rokhmin Dahuri menegaskan bahwa MAI…

3 jam yang lalu

Sekjen Kemenag: AICIS+ 2025 Upaya Menjawab Krisis Lingkungan dan Teknologi

MONITOR, Depok - Sekretaris Jenderal Kementerian Agama RI, Prof. Kamaruddin Amin secara resmi membuka Annual…

3 jam yang lalu

Asrama Ambruk, Kemenag Berduka dan Beri Bantuan Pesantren Syekh Abdul Qodir

MONITOR, Jakarta - Kementerian Agama berduka atas peristiwa ambruk atap satu ruang asrama putri di…

11 jam yang lalu

Refleksi Satu Tahun Asta Cita Presiden Prabowo Bidang Diplomasi dan Pertahanan Nasional

MONITOR, Tangerang Selatan - Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Uama (PP ISNU) bekerja sama dengan…

13 jam yang lalu

Dukung Maung Pindad Jadi Mobil Nasional, DPR: Potensinya Besar

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi I DPR RI, Mayjen TNI (Purn) TB Hasanuddin, mendukung rencana…

14 jam yang lalu