ENERGI

Gandeng Jepang, Indonesia Siapkan Pilot Plant Pembangkit OTEC

MONITOR, Jakarta – Potensi Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC) atau konversi energi termal lautan di Indonesia kembali dilirik. Jepang, yang memiliki visi yang sama untuk mengembangkan energi laut sebagai salah satu solusi ketahanan energi menyatakan akan mengembangkan pilot plant pembangkit OTEC di Indonesia.

“Pihak Jepang diharapkan dapat segera menyusun proposal konsep penelitian dan pengembangan teknologi OTEC antara Jepang dan Indonesia untuk diusulkan kepada Menteri ESDM”, kata Kepala Badan Litbang ESDM, F.X. Sutijastoto, saat membuka the Indonesia-Japan Business Meeting for OTEC Pilot Project in Indonesia di Jakarta.

Penjajakan kerja sama Indonesia-Jepang ini direncanakan akan dimulai dengan membangun pilot plant pembangkit OTEC berkapasitas 1 MW dengan teknologi yang menggunakan Amonia dan Hidrogen. Penelitian ini dipilih mengingat pengunaan Amonia dan Hidrogen telah diaplikasikan di sejumlah pembangkit OTEC, diantaranya pilot plant OTEC berkapasitas 1 MW yang dibangun di Kiribati.

Delegasi Jepang pada kesempatan tersebut dipimpin oleh Deputy Director of Institute of Ocean Energy, University Saga, Yasuyuki Ikagami dan didampingi empat pimpinan perusahaan Jepang yang akan turut mendukung pengembangan teknologi OTEC di Indonesia.

Ikagami menjelaskan kerja sama Jepang dengan Indonesia bermakna penting, karena Indonesia memiliki laut yang berpotensi besar untuk pengembangan OTEC. Indonesia mempunyai panjang garis pantai dengan kedalaman cukup untuk pengembangan teknologi OTEC. “Indonesia juga mempunyai Zona Ekonomi Eksluksif yang amat luas dan jarang terjadi badai, sehingga menjadikan Indonesia menjadi lokasi terbaik dalam mengembangkan Teknologi OTEC,” ujarnya.

Jepang sendiri merupakan salah satu negara yang cukup gencar mengembangkan teknologi OTEC karena merupakan energi bersih yang stabil, tanpa asap sehingga dapat mengurangi emisi karbon. Universitas Saga telah melakukan penelitian dan pengembangan OTEC sejak tahun 1980. Salah satu pembangkit listrik berbasis OTEC telah dibangun di Komuji, Jepang berkapasitas 1.100 kW.

Sehari sebelumnya tim ini juga telah mendiskusikan rencana kegiatan tersebut dengan Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan di Bandung. Tim OTEC P3GL bersama delegasi Jepang telah menyusun roadmap penelitian yang akan dimulai dari tahun 2013 sampai 2022. Kegiatan yang diusulkan di antaranya survei, pemetaan regional di perairan Indonesia yang dapat digunakan sebagai area instalasi OTEC.Tim Jepang dan Indonesia sepakat untuk menetapkan tiga lokasi yang potensial untuk dikembangkan, diantaranya Bali, Sulawesi Utara (Manado) dan Sumatera Barat.

Terdapat tiga tahapan roadmap dalam kerja sama ini, yaitu kapasitas 100 kW untuk skala demo/eksprerimen, 1 MW untuk Pilot Plant, dan 10 MW untuk Komersial. Saga University mengembangkan teknologi hybrid untuk pengembangan OTEC. Produk teknologi OTEC Hybrid diantaranya fresh drinking water, fish resources recovery (TAKUMI in Yokohama) yang dapat membangkitkan listrik.

Sejak tahun 2012, Badan Litbang ESDM melalui Pusat Penelitian dan pengembangan Geologi Kelautan juga telah melakukan beberapa survei untuk mengidentifikasi potensi OTEC di laut Bali Utara, Selat Lembata, Selat Makassar, Laut Flores dan laut Sulawesi Utara. Survei dengan kapal Riset Geomarin III menunjukkan sejumlah lokasi tersebut memiliki potensi energi hingga 41 GW dan potensi terbesar berada di Laut Flores yang membentang dari perairan Bali Utara hingga Bima Utara. Hasil pemetaan energi laut telah diluncurkan pada tahun 2014.

Selain P3GL, pengembangan bersama teknologi OTEC antara Jepang dan Indonesia ini juga akan melibatkan para peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (P3TKEBTKE).

OTEC adalah metode untuk menghasilkan energi listrik menggunakan perbedaan temperatur di antara laut dalam dan perairan dekat permukaan untuk menjalankan mesin kalor. Efisiensi dan energi terbesar dihasilkan oleh perbedaan temperatur yang paling besar. Perbedaan temperatur antara laut dalam dan perairan permukaan umumnya semakin besar jika semakin dekat ke ekuator. Pada awalnya, tantangan perancangan OTEC adalah menghasilkan energi yang secara efisien dengan perbedaan temperatur yang sekecil-kecilnya.

Recent Posts

Minta Admin Hingga User Akun Fantasi Sedarah Ditindak, DPR: Pengawasan Siber Gagal!

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi III DPR RI Gilang Dhielafararez meminta aparat penegak hukum segera…

36 menit yang lalu

Segini Bobot 4 Sapi Jumbo Sumbangan Wamentan Sudaryono di Expo Sapi Boyolali

MONITOR, Jateng - Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Republik Indonesia, Sudaryono, menunjukkan komitmennya dalam mendukung peternakan…

2 jam yang lalu

Seruan Puan soal Tolak Relokasi Warga Gaza Dinilai Wakili Suara Indonesia

MONITOR, Jakarta - Pernyataan Ketua DPR RI Puan Maharani yang menyerukan penolakan terhadap gagasan relokasi…

2 jam yang lalu

Pemerhati Lingkungan minta Pemerintah Serius Tangani Banjir Cirebon Timur

MONITOR, Cirebon - Banjir yang sudah menjadi langganan di Cirebon Timur masih terus menghantui warga,…

2 jam yang lalu

Karyawan Pabrik Indofon Nekad Mencuri Berujung Bui 1 Tahun 2 Bulan

MONITOR, Kulon Progo - Pengadilan Negeri (PN) Kulon Progo Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjatuhkan…

4 jam yang lalu

Sosialisasi Empat Pilar MPR, Prof Rokhmin: Kita Harus Berpijak Pada Jati Diri Bangsa!

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi IV DPR RI, Prof. Rokhmin Dahuri, menegaskan bahwa penguatan nilai-nilai…

4 jam yang lalu