Jumat, 22 November, 2024

Revolusi Industri 4.0 dan Tantangan Resistensi Sosial

Nazar Saepul Rahman

Ketua Umum IMM Komisariat FISIP UMJ 
2017-2018

Bidang industri merupakan bagian yang paling terpenting dan tidak dapat dilepaskan dari pertumbuhan dan perkembangan suatu negara. Hal tersebut disebabkan karena industri menjadi salah satu tolak ukur pertumbuhan ekonomi dimana kesejahteraan masyarakat menjadi indikatornya.

Negara-negara maju seperti Amerika, Jerman, Cina dan negara-negara lainnya dapat berdaya terhadap negara-negara berkembang karena mereka mempunyai perkembangan industri yang sangat pesat. Signifikansi perkembangan industri dapat dilihat dari mekanisme pasar suatu negara. Rata-rata negara berkembang untuk memenuhi kebutuhan barang-barang dalam negeri khususnya barang industri dari negara maju.

Dalam perkembangannya, bidang industri di dunia telah melewati beberapa fase. Fase pertama adalah revolusi industri jilid 1 ditandai dengan munculnya penemenuan mesin uap pada tahun 1784. Fase kedua pada akhir abad ke-19 ditandai dengan munculnya mesin-mesin industri bertenaga listrik. Kemudian fase selanjutnya pada tahun 1970 muncul penemuan baru yaitu otomasi manufaktur dengan teknologi komputerisasi.

Di abad 21 ini dunia telah masuk ke fase keempat yaitu adanya integrasi antara teknologi sensor, interkoneksi dan analisis data yang sering disebut revolusi industri jilid 4.

- Advertisement -

Revolusi industri 4.0 merupakan perubahan besar-besaran diberbagai bidang yang menghilangkan sekat antara kinerja manusia dengan kinerja mesin digital melalui sensor. Hal tersebut didasarkan pada pemenuhan kebutuhan, perkembangan ekonomi dan perkembangan teknologi yang sangat pesat.

Selain itu, kondisi antropologis dan sosiologis generasi milenial yang tidak bisa lepas dari alat-alat digital dalam pemenuhan kebutuhannya. Munculnya ide-ide kreatif dan disrupsi inovasi yang berorientasi pada pelayanan, prestis suatu barang, dan kegunaan suatu barang menjadi tujuan dari revolusi industri 4.0.

Menurut Kangermann dkk. (2013) industri 4.0 mempunyai pengertian integrasi Cyber Physical System (CPT) dengan Internet of Things & Service (IoT & IoS). CPT adalah sebuah sistem yang menjadi perpaduan antara dunia nyata dan dunia maya. Sistem yang memadukan kinerja fisik manusia dan dunia digital atau internet.

CPT lebih kepada proses efesiensi sumber daya sehingga memudahkan kinerja manusia. IoT adalah suatu kondisi yang menjadi efek dari berkembangnya dunia digital sehingga S informasi dapat didapat dengan mudah.

IoS merupakan aplikasi yang berfungsi sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan yang efektif dan efisien dalam membantu kinerja manusia dari proses produksi sampai proses marketing.

Industri 4.0 dalam proses produksi memungkinkan manusia menciptakan produk-produk yang berkualitas, mempunyai kuantitas tetapi dalam waktu yang singkat dengan bantuan pabrik digital.

Kemudian industri 4.0 ini mempunyai prinsip rancangan transparansi informasi sehingga memudahkan proses komunikasi dan marketing suatu produk. Dalam tahap ini, muncul juga istilah baru yaitu Integrated Marketing Communications yang berbasis cyber.

Perusahaan-perusahaan besar dewasa ini telah menerapkan sistem yang menjadi prinsip rancangan era industri 4.0. Di perusahaan besar tahap produksi sudah menggunakan rekayasa produk digital sehingga dalam pembuatan produk manusia hanya menjadi pengawas dan pengarah dalam sistem pabrik digital.

Revolusi industri 4.0 dapat menyentuh semua tahap, mulai dari tahap produksi, packaging, komunikasi dan marketing. Salah satu yang sudah berkembang di Indonesia adalah munculnya e-commerce.

Aplikasi jual beli online menjadi salah satu disrupsi inovasi di era industri 4.0. kemudian banyak perusahaan yang menggunakan cyber network untuk mengkomunikasikan produk-produknya. Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh infrastruktur dan kualitas SDM yang dapat menyesuaikan dengan perkembangan industri 4.0.

Dampak negatif dari industri 4.0 juga sebenarnya akan menjadi tantangan dalam perkembangan era ini. Resistensi mengenai demografi dan kultur dari masyarakat khususnya di negara berkembang akan memicu konflik sosial.

Dalam kajian Marxis kondisi ini dapat menimbulkan pertentangan antarkelas yaitu borjuis dan proletar atau dominasi kapitalis akan semakin menghegemoni sehingga kesenjangan terjadi. Hal tersebut dapat diatasi oleh peningkatan kompetensi sumber daya manusia dan SOP yang jelas.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER