PERTANIAN

Dem Area PDPI Selamatkan Panen di Lahan Rawan

MONITOR, Banten – Musim Kemarau tahun ini bukan menjadi masalah yang berarti bagi petani untuk tetap melakukan budidaya di lahan usaha taninya. Meskipun, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) musim kemarau 2018 masih berlangsung sampai akhir bulan Oktober.

Untuk mendorong petani agar beradaptasi dengan dampak pengaruh iklim di areal pertanaman padinya, Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mengalokasikan kegiatan Demonstrasi Area Penanganan Dampak Perubahan Iklim (Dem Area PDPI) seluas 1.000 ha di Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, dan Jawa Timur.

Agar pelaksanaannya sesuai dengan tujuan, bantuan yang diberikan adalah benih varietas unggul adaptif terhadap kekeringan/genangan/salinitas, pupuk organik, pembenah tahah, serta paket teknologi biopori/sumur suntik.

Menurut Kasubdit Penanganan Dampak Iklim Ditjen Tanaman Pangan Kementan, Baskoro Sugeng Wibowo, salah satu kabupaten rawan terkena dampak perubahan iklim adalah di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Berdasarkan hal itu, dipilih Kelompok Tani Karya Indah, Desa Baruharjo, Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek dengan areal pertanaman seluas 50 ha.

Lahan pertanaman padi poktan ini rawan terkena dampak perubahan iklim, pada saat curah hujan tinggi akan terkena banjir dan saat musim kemarau akan terkena kekeringan. Dampaknya, walaupun banjir surut pada pertanaman atau pulih dari kekeringan, tanaman menunjukkan gejala penyakit fiologis (asem-aseman) akibat kekurangan unsur hara, sehingga produksinya kurang optimal.

“Selama tiga musim tanam, poktan tersebut hanya dapat berproduksi rata-rata 2-3 ton/ha bahkan sampai mengalami gagal panen (puso),” kata Baskoro.

Kegiatan Dem Area PDPI di poktan tersebut dilakukan melalui budidaya tanaman sesuai yang dianjurkan, aplikasi asam humat dan pupuk organik saat pengolahan tanah pada lahan usaha tani mereka, serta pemilihan teknologi adaptasi sederhana berupa biopori.

Kata Baskoro, manfaat dari biopori adalah menyerap dan menyimpan air, memperbaiki struktur tanah dan menyuburkan tanaman karena terdapat proses memasukan bahan organik. Penggunaan teknologi biopori tersebut tidak hanya pada satu musim tanam saat kegiatan berlangsung, tetapi dapat digunakan pada musim tanam selanjutnya.

Dengan melaksanakan kegiatan tersebut selama satu musim tanam, Poktan Karya Indah dapat merasakan panen dengan rata-rata hasil ubinan yang fantastis yaitu 6,56 kg atau setara dengan 10,5 ton/ha.

“Hal ini membuktikan bahwa dengan budidaya tanaman yang benar serta aplikasi teknologi adaptif sederhana sebagai alternatif dalam budidaya tanaman padi di lokasi rawan banjir/kekeringan,” tutup Baskoro.

Recent Posts

Pamitan, Ditjen PHU Persembahkan Buku Memori Kolektif 75 Tahun Kemenag Kelola Haji

MONITOR, Jakarta - Penyelenggaraan haji 2025 menjadi tugas terakhir Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU)…

24 menit yang lalu

Jasa Marga Raih Peringkat Tiga Besar BUMN dengan Predikat Informatif

MONITOR, Jakarta - PT Jasa Marga (Persero) Tbk kembali menegaskan posisinya dengan meraih peringkat tiga…

49 menit yang lalu

Kemenag dan Kemenkop Sinergi Penguatan Koperasi Pesantren dan Rumah Ibadah

MONITOR, Tangerang - Kementerian Agama dan Kementerian Koperasi menyepakati kerja sama penguatan koperasi berbasis keagamaan. Kerja…

3 jam yang lalu

Soroti Konflik PBNU, KH Matin Syarkowi: Islah Jalan Terbaik

MONITOR, Jakarta - Konflik internal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) kembali menjadi perhatian publik menyusul…

6 jam yang lalu

Tuntaskan Krisis Cs-137, BPOM Lepas Ekspor Rempah Raksasa ke AS

MONITOR, Jakarta - Gerak cepat Kepala BPOM Taruna Ikrar mengembalikan kepercayaan FDA, memastikan rempah Indonesia…

7 jam yang lalu

DPR Nilai Rakernas Kemenag 2025 Sejalan dengan Kebijakan Presiden

MONITOR, Tangerang - Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Abdul Wachid menilai Rapat Kerja Nasional…

8 jam yang lalu