MONITOR, Sorong – Buah Merah (Pandanus conoideus, Lam) adalah tanaman spesies Papua merupakan tanaman khas atau endemic yang tumbuh secara alami (bebas pestisida dan pupuk kimia) sudah dikenal dan telah dikonsumsi sejak zaman dahulu oleh masyarakat Papua.
Pandanus tumbuh pada dataran rendah hingga ketinggian 2.500 m dpl. Buah ini banyak ditemukan di lembah Baliem Wamena, Tolikara, Pegunungan Bintang, Pegunungan Tengah (Jayawijaya, Puncak Jaya, Paniai, Mimika, Nabire), Yahukimo, Jayapura, Sorong dan Monokwari dan kemudian menyebar ke daerah lainnya di Papua.
Mengkonsumsi buah merah dijadikan kebiasaan masyarakat tradisional Papua dan diyakini mampu menangkal penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes, penyakit jantung, kolesterol, asam urat, kanker sekaligus meningkatkan stamina/menjaga daya tahan tubuh. Tingginya kadar betakaroten dan tokoferol pada buah ini dimanfaatkan sebagai antioksidan untuk mengobati penderita kanker dan HIV/AIDS yang selama ini sulit disembuhkan.
Herbekti Rian Jumahge, Kepala Seksi Pengolahan, Pemasaran dan Pembiayaan Hortikultura Provinsi Papua menjelaskan buah merah merupakan produk hortikultura yang berpotensi ekonomi.
“Buah merah merupakan produk tanaman obat yang memiliki potensi baik ke depan apabila ditangani dengan baik”, ujar Herbekti.
Salah satu produk olahan buah ini berupa ekstrak minyak yang harga jualnya mencapai Rp 1.500.000 per liter, sementara harga jual dalam bentuk segar hanya Rp 20.000 – 50.000 per buah. Tingginya potensi harga jual dalam bentuk ekstraksi ini merupakan peluang bagi petani untuk meningkatkan kesejahteraan.
“Harapan kami dapat mengolah buah merah menjadi minyak buah merah yang baik dan sesuai prosedur dilengkapi dengan legalitas ijinnya (PIRT). Dengan demikian kesejahteraan petani dapat meningkat”, tambah Herbekti.
Buah merah selain dijadikan minyak juga dimanfaatkan sebagai campuran masakan sayuran/umbi umbian, selai, kosmetika (sabun kecantikan), pewarna, roti kering, dan pakan ternak.
Kelompok usaha Kumbu Lani Milinik di Kabupaten Jayapura adalah salah satu kelompok yang saat ini telah mengusahakan Sari Buah Merah (Minyak Buah Merah) dan Sabun kecantikan. Pada awalnya lelompok usaha ini beranggotakan 15 orang dan diketuai oleh Pdt Kayus Weya.
Marvince Weya, Ketua Kelompok Tani Kembu Lani, putri Kayus Weya yang sekarang menggantikan Pdt. Kayus sebagai ketua kelompok menyampaikan bahwa kelompok tani Kembu Lani memproduksi minyak buah merah sudah mempunyai izin PIRT no 207940307077-14. Beralamat di BTN Sosial Sentani, dengan kapasitas produksi per bulan 200 botol dari jumlah bahan baku produk 500 buah.
Marvince sangat berharap sesuai dengan moto kelompoknya yaitu “_self help means helping others_” bisa menjadi contoh dan memotivasi petani papua lainnya, mengingat pengolahan pasca penen khususnya buah merah punya prospek yang menjanjikan.
“Tinggal bagaimana kita mengajak petani lain yang mau belajar” jelasnya bersemangat. Kelompok usaha Kumbu Lani Milinik saat ini bermitra dengan I Made Budi, dosen peneliti buah merah dari Universitas Cendrawasih Papua.
“Silakan kunjungi kami dan sama-sama belajar. Kami juga berharap usaha kami ini dapat berkembang terus sehingga mampu menjadi industri rumah tangga berskala besar. Kami tentunya masih membutuhkan dukungan dari pemerintah kabupaten, provinsi dan pemerintah pusat” tukas Marvince.
“Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Papua yang senantiasa memberikan bantuan fisik maupun bimbingan teknis sejak berdirinya kelompok tani ini tahun 2006 sampai sekarang” Pungkas sang ketua kelompok.
Dalam kesempatan terpisah, Direktur Pengolahan dan Pemasaran hasil Hortikultura menyampaikan bahwa Pemerintah akan selalu memberikan dukungan pengembangan komoditas yang berpotensi meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Pengembangan buah lokal yang berpotensi melalui kegiatan peningkatan nilai tambah dan daya saing ke depannya menjadi salah satu perhatian kami”, tutur Yasid.