EKONOMI

Tumpang Sari Tanam Rapat : Solusi Cerdas Pemenuhan Kebutuhan Pangan Indonesia

MONITOR, Jakarta – Persoalan pangan Indonesia seringkali dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit, khususnya ketika akan dilakukan produksi beberapa komoditas sekaligus. Peningkatan produksi pada satu komoditas umumnya mengorbankan produksi komoditas lainnya. Kondisi ini kerap terjadi pada komoditas palawija. Persaingan lahan menyebabkan hanya satu komoditas yang bis adikembangkan pada satu wilayah.

Kondisi tersebut menyebabkan kesulitan untuk paralel secara serentak mengembangkan beberapa komoditas sekaligus. Namun, saat ini Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memiliki solusi untuk mengatasi tersebut yaitu dengan mengembangkan pola tumpangsari. Pola tumpangsari sebenarnya telah dikenal lama oleh masyarakat Indonesia. Perbedaan dengan tumpangsari yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (Ditjen TP) terletak pada peningkatan populasi di setiap lajur tanaman. Pada tumpangsari biasa, jarak tanam umumnya mengikuti pola tanam biasa. Sedangkan pada tumpangsari yang dikembangkan oleh Ditjen TP dipadukan dengan sistem jajar legowo.

Tumpangsari tanaman dapat berkontribusi pada kesuburan tanah, produktivitas tanaman utama dan supresi terhadap gulma, penyakit, dan infestasi hama. Tumpangsari tanaman juga menawarkan peluang untuk meningkatkan keanekaragaman hayati di atas dan di bawah tanah dengan menyediakan makanan dan tempat tinggal melalui mekanismenya dalam peningkatan jumlah biomassa dan keragaman di atas dan di bawah tanah (ReMix Project WUR, 2018).

Tumpangsari tanam rapat memiliki keuntungan, yaitu populasi jagung 2 ha dan padi 1 ha yang dibudidayakan pada luasan 1 ha lahan sawah. Sehingga ada keuntungan 2 ha dari 1 ha lahan yang kita usahakan. Sementara penggunaan benihnya meningkat yaitu jagung 1,5 kali lipat dan padi 2 kali lipat, dan penggunaan pupuknya hanya meningkat 1,5 kali untuk menghasilkan 3 ha komoditas.

“Pola Tumpangsari ini merupakan terobosan yang bermanfaat ganda, bagi pemerintah meningkatkan produksi dan ketersediaan komoditas, dan bagi petani meningkatkan pendapatan” jelas Ike Widyaningrum, Kepala Seksi Intensifikasi Padi Irigasi dan Rawa Direktorat Serealia. Tahun ini Ditjen Tanaman Pangan mengawali pengembangan tumpangsari di 9 provinsi seluas 5.400 ha dari dana pusat dan diikuti dengan pengembangan hingga 17.000 ha dari dana tugas pembantuan di 18 provinsi. “Kami akan menunjukkan lompatan produksi 3 komoditas padi jagung kedelai sekaligus” jelas Ike.

Pola tumpangsari yang dikembangkan Ditjen TP adalah Padi – Jagung, Jagung – Kedelai, Padi – Kedelai. Sedangkan lahan yang dianggap cocok untuk dikembangkan tumpangsari disesuaikan dengan musim, yaitu :
1. Lahan sawah irigasi untuk penanaman pada akhir musim hujan;
2. Lahan rawa setelah penanaman padi yang pertama;
3. Lahan sawah tadah hujan untuk penanaman pada awal musim hujan dengan populasi rapat;
4. Lahan kering untuk penanaman pada awal musim hujan

Secara teknis, pola tumpangsari lebih menguntungkan dibanding dengan pola monokultur. Pada pola tumpangsari terjadi mekanisme yang kompleks di dalam tanah. Nitrogen yang didapat dari fiksasi oleh bintil akar kedelai, oleh bantuan mikroorganisme tanah N tersebut dapat dimobilisasi atau ditransfer ke tanaman jagung yang lebih membutuhkan banyak N. Hal ini disebut sebagai mekanisme komplementer (saling melengkapi). Selain itu, dengan adanya persaingan untuk mendapatkan unsur hara dari tanah, membuat perakaran jagung dan kedelai akan semakin panjang dan jauh jangkauannya, sehingga akan berguna bagi mikroorganisme, bisa meningkatkan kualitas tanah, dan akan menambah biomassa tanaman itu sendiri (Ehrmann & Ritz, 2014).

“Tidak diragukan lagi, bahwa banyak manfaat yang bisa kita ambil jika kita menerapkan pola tanam tumpangsari ini. Dengan pengelolaan tanaman yang baik dan didukung dengan pemupukan yang tepat dan berimbang, diharapkan tumpangsari tanaman sistem rapat ini dapat menjadi solusi bagi ketahanan pangan di masa mendatang” pungkas Ike.

Recent Posts

Jubir Kemenperin: Pernyataan Menperin Bukan Retorika Keluh Kesah, Tapi Sarat Makna

MONITOR, Jakarta - Pernyataan Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita, tentang “Sulitnya membangun manufaktur Indonesia dan mudah…

5 jam yang lalu

PPIH Terbitkan Edaran Penggabungan Pasangan Jemaah Haji yang Terpisah Penempatan di Makkah

MONITOR, Jakarta - Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi merespons harapan jemaah haji Indonesia…

6 jam yang lalu

PT Daikin Buka Pabrik Baru, Komitmen Majukan Industri Elektronika

MONITOR, Jakarta - Industri elektronik nasional menunjukkan kinerja yang semakin positif dan berdaya saing, seiring…

9 jam yang lalu

BAM DPR Tolak Potongan Tarif Ojol Naik 20 Persen, Adian: Setuju 10 Persen

MONITOR, Jakarta - Suara para pengemudi ojek online (ojol) menuai perhatian serius dari Badan Aspirasi…

10 jam yang lalu

Gelombang I Tuntas di Madinah dan Gelombang II Dimulai di Jeddah, 14 Kloter Dijadwalkan Tiba

MONITOR, Jakarta - Operasional penerimaan jemaah haji Indonesia memasuki fase baru pada Sabtu, 17 Mei…

11 jam yang lalu

Tiket Indonesia vs Tiongkok di Livin by Mandiri Habis, Penjualan via KitaGaruda.id Dibuka Besok

MONITOR, Jakarta - Tiket Timnas Indonesia versus Tingkok pada laga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Ronde…

16 jam yang lalu