MONITOR, Jakarta – Kementerian Perindustrian menyalurkan sejumlah bantuan untuk para warga terdampak gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah. Logistik tersebut didistibusikan ke beberapa daerah yang terkena dampak signifikan, seperti Kabupaten Sigi, Kabupaten Donggala, dan Kota Palu.
“Sebelumnya, kami mengucapkan duka cita yang mendalam kepada seluruh korban. Mari kita berdoa untuk para korban yang meninggal dunia, semoga amal ibadahnya diterima di sisi Allah SWT. Yang mengalami luka-luka bisa cepat sembuh dan kembali sehat seperti sediakala,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto sambil memimpin untuk membaca Alfatihah di Palu, Minggu (7/10).
Menperin menyampaikan, sesuai amanat Presiden Joko Widodo, pemerintah pusat terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah agar penanganan musibah ini bisa cepat selesai dan tepat sasaran. “Oleh karena itu, kami segera berupaya untuk memulihkan kehidupan masyarakat. Semoga bantuan yang kami salurkan ini bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan. Selain itu dapat meringankan beban saudara-saudara kita yang terkena bencana,” paparnya.
Pada Jumat (5/10) siang, Kemenperin memberangkatkan sebanyak sembilan truk yang membawa 6.225 paket logistik dari Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Perjalanan darat ditempuh selama 30 jam untuk sampai ke Palu.
Bantuan itu merupakan hasil dana sumbangan yang terkumpul sebanyak Rp1,5 miliar, berasal dari Kemenperin dan para pelaku industri, yang telah dibelanjakan sesuai kebutuhan para korban. Barang-barang itu, di antaranya air minum kemasan, pakaian, mi instan, susu formula, makanan ringan, sereal, kopi, makanan bayi, popok, alat keperluan mandi, terpal, tenda, sarung, pembalut, beras, minyak, telur, genset, dan mini solar kit.
Logistik tersebut diserahkan langsung oleh Menperin kepada Kepala Dinas (Kadis) Provinsi Sulawesi Tengah (mewakili wilayah Palu), Kadis Kab Sigi,dan Kadis Kab. Donggala untuk didistribusikan langsung kepada para pengungsi dan warga yang menjadi korban akibat gempa berkekuatan 7,4 skala Richter (SR) dan tsunami, pada Jumat (28/9) pekan lalu.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang tercatat hingga Minggu (7/10), jumlah korban yang meninggal dunia sebanyak 1.763 orang, terdiri dari 1.519 orang di Palu, 159 orang di Donggala, 69 orang di Sigi, 15 orang di Parigi Moutong, dan satu orang di Pasangkayu. Sebanyak 1.755 jenazah sudah dimakamkan.
BNPB juga mencatat, sebanyak 2.632 korban luka berat sampai saat ini masih dirawat di rumah sakit di Kota Palu dan di luar Palu. Sementara itu, korban hilang mencapai 265 orang. Hingga kini, proses evakuasi dan pencarian korban pasca-gempa dan tsunami di Sulteng masih terus dilakukan.
Sedangkan, jumlah pengungsi mencapai 70.821 jiwa yang tersebar di 141 titik, seperti di Lapangan Vatulemo, Bundaran Biromaro dan Mako Sabhara Poboya. BNPB memperkirakan, nilai kerugian dan kerusakan akibat gempa dan tsunami di Sulteng lebih dari Rp 10 triliun.
Sementara itu, Menperin menambahkan, pihaknya terus berupaya untuk memulihkan aktivitas ekonomi masyarakat pascagempa dan tsunami di Sulteng serta wilayah sekitarnya. Misalnya, bagi para pelaku industri kecil dan menengah (IKM) yang terkena dampak bencana, akan mendapat bantuan peralatan supaya mereka bisa kembali berproduksi.
“Untuk itu, diharapkan kita semua bisa sama-sama saling bergotong-royong agar IKM ini bisa kembali berusaha sehingga kegiatan ekonomi masyarakat berangsur-angsur pulih,” ujarnya. Kemenperin juga telah berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan untuk menghapuskan hutang kredit bagi pelaku IKM yang terkena dampak bencana agar dapat mengurangi beban mereka.
Saat ini, Kemenperin masih mendata jumlah IKM yang menjadi korban tersebut. “Kami terus berupaya merehabilitasi dan menerima masukan-masukan, karena masih satu minggu. Pemerintah merespons cepat dan komit untuk segera memulihkan aktivitas ekonomi dan industri,” terangnya.
Sementara untuk memfasilitasi rekonstruksi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu, Kemenperin akan memasukkan ke dalam anggaran tahun depan. “Karena ada beberapa yang harus diperbaiki,” ungkapnya. Namun demikian, menurut Airlangga, investor yang akan masuk di KEK Palu masih berjalan normal. “Kami mengapresiasi para investor yang ingin terus merealisasikan investasi di KEK Palu,” imbuhnya.
Bahkan, kegiatan sejumlah industri di kawasan Morowali masih terus berjalan pascagempa dan tsunami yang melanda Kota Palu dan Donggala. Pasalnya, lokasi salah satu pusat industri smelter di Sulawesi Tengah tersebut berada cukup jauh dari daerah bencana sehingga dampak yang ditimbulkan tidak terlalu signifikan.
“Kegiatan pasti terdampak, tetapi tidak terlalu signifikan. Kegiatan industri di Morowali masih tetap berjalan,” tuturnya. Airlangga menegaskan, bagi pemerintah, saat ini yang terpenting harus dilakukan adalah terus melaksanakan proses evakuasi dan memulihkan trauma para korban bencana.