MONITOR, Banyuwangi – Kementerian Pertanian (Kementan) mengalokasikan setidaknya 13.500 hektare melalui APBN 2018 untuk perluasan tanam cabai di seluruh Indonesia. Melalui Direktorat Jenderal Hortikultura, Banyuwangi didorong menjadi salah satu wilayah yang menjadi sentra utama komoditas strategis tersebut.
Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Ditjen Hortikultura, Prihasto Setyanto, saat terjun langsung ke lahan cabai Kecamatan Wongsorejo (Sabtu, 29/9) menyaksikan ribuan hektar cabai rawit merah sejauh mata memandang dalam satu kawasan. “Tanamannya subur dan sangat jarang dijumpai serangan virus kuning. Model tumpangsari dengan jagung telah lama berkembang bagus. Petaninya juga ulet-ulet dan kreatif. Saya optimis Banyuwangi sanggup menjadi lumbung cabai dan komoditas hortikultura lainnya,” kata Prihasto.
Kabupaten Banyuwangi memang menjadi salah satu sentra besar cabai rawit nasional. Dalam satu tahun, setidaknya terhampar 5.000 hektar cabai di Kabupaten ujung timur Pulau Jawa itu. Sebagian besar jenisnya cabai rawit merah yang memasok kebutuhan pasar DKI Jakarta, Bali hingga Kalimantan.
Secara zonasi, areal pengembangan cabai di Kabupaten Banyuwangi terbagi 2 kawasan besar yaitu wilayah utara meliputi Kecamatan Wongsorejo dengan total areal mencapai 2.500 hektar dan wilayah selatan yang meliputi Kecamatan Cluring, Muncar, Tegaldlimo, Tegalsari, Sempu, Glemor dan Kalibaru mencapai 2.000 hektar.
Bahkan pada awal musim penghujan November/Desember, beberapa kawasan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) seperti Pesanggaran, Silir Agung, Purwoharjo dan Tegaldlimo sanggup menanam lebih dari 500 hektare. Jadi total luas areal cabai se Kabupaten Banyuwangi mencapai 5.000 hektar lebih dalam satu tahun dengan rata-rata produktivitas panen 6-8 ton per hektar.
Pada kesempatan tersebut Krisdyanto, koordinator champion cabai Banyuwangi menjelaskan bahwa masing-masing zona satu sama lain sudah diatur sedemikian rupa sehingga produksi bisa berlangsung setiap hari sepanjang tahun.
“Contohnya, untuk wilayah Kecamatan Wongsorejo, antara lahan tadah hujan dengan lahan beririgasi sudah diatur pola tanamnya. Setiap hari bisa panen sekitar 60 – 80 ton. Bahkan saat panen puncak bisa mencapai 150 ton per hari cabai rawit merah. Itu baru yang terkumpul dari 2 bangsal dan 5 pengepul besar di Wongsorejo”, ujar Kris.
Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Banyuwangi, Muh Khoiri, saat diminta keterangan menambahkan, kesiapan daerahnya mengamankan pasokan cabai khususnya saat perayaan Natal 2018 dan Tahun Baru 2019 nanti. “Kami sudah atur, 2.000 hektar lahan cabai di wilayah selatan Banyuwangi akan dipanen bulan Desember/Januari nanti. Sehingga kami optimis bisa turut andil menstabilkan pasokan dan harga cabai nasional”, tutur Khoiri yang diamini para petani cabai setempat.
Khoiri menegaskan, bahwa banyuwangi siap menjadi penyangga cabai untuk memasok ke pasar di Jakarta dan Bali. “Sebesar 90 persen masuk ke pasar induk Jakarta dan sisanya untuk pasar Pulau Bali,” tukasnya.
Sebagai insentif bagi keseriusan daerah dalam mengembangkan komoditas penting ini, Kementan menjanjikan alokasi anggaran yang lebih besar di tahun mendatang. “Tahun depan sentra-sentra utama yang terbukti sanggup mengamankan pasokan dan harga nasional, tentu akan diupayakan untuk dinaikkan alokasinya,” tutup Prihasto.