STORI

Sengketa Wilayah dan Genderang Perang Irak-Iran

MONITOR – Masalah perbatasan yang berlarut-larut antara Irak dan Iran menjadi pemicu terjadinya peperangan antara kedua negara. Mimpi buruk dan khawatiran Saddam Hussein atas perlawanan Syiah yang dibawa oleh Imam Khomeini dalam Revolusi Iran menjadi kenyataan. Itu setelah, pada 22 Sepetember 1980 perang Iran dan Irak pecah.

Perang yang berlangsung selama delapan tahun, yakni dari September 1980 hingga Agustus 1988 itu juga dikenal sebagai Perang Teluk Persia sehingga konflik irak dan Iran meletus pada awal 1990-an, dan untuk beberapa waktu dikenali sebagai Perang Teluk Persia Pertama.

Walaupun Irak tidak mengeluarkan pernyataan perang, tentaranya gagal dalam misi mereka di Iran dan akhirnya serangan mereka dapat dipukul mundur Iran. Padahal, PBB pada saat iti meminta adanya gencatan senjata antara kedua negara tersebut, pertempuran tetap berlanjut. Hingga pada akhirnya, pada tahun 20103 kedua negara tersebut melakukan pertukaran tawanan. Tak ayal, perang tersebut turut mengubah wilayah dan situasi politik global.

Situasi Perang Irak VS Iran Tahun 1980 (Foto: Wikipedia)

Perang antara Irak dan Iran itu disebut memiliki kemiripan seperti Perang Dunia I. Taktik yang digunakan seperti pertahanan parit, pos-pos pertahanan senapan mesin, serangan dengan bayonet, penggunaan kawat berduri, gelombang serangan manusia serta penggunaan senjata kimia(seperti gas mustard) secara besar-besaran oleh tentara Irak untuk membunuh pasukan Iran dan juga penduduk sipilnya, seperti yang dialami juga oleh warga suku Kurdi di utara Irak.

Tidak diketahui dengan jelas berapa sebenarnya berapa korban jiwa yang diakibatkan oleh perang tersebut,  namun yang dapat diketahui bahwa terjadi pengerahan secara besar terhadap laki-laki yang berusia cukup untuk menjalani wajib militer. Perkiraan jumlah korban berkisar dari 1.000.000.

Dikutip dari berbagai sumber, jumlah tewas di kedua belah pihak itu mungkin 500.000, dengan Iran menderita kerugian terbesar. Diperkirakan bahwa antara 50.000 dan 100.000 orang Kurdi terbunuh oleh pasukan Irak selama rangkaian kampanye militer yang diberi nama kode Anfal (“rampasan”) yang berlangsung pada tahun 1988.

Pada bulan Agustus 1990, sementara Saddam Hussein menginvasi Kuwait. Irak dan Iran kemudian memulihkan hubungan diplomatiknya. Irak menyetujui persyaratan Iran untuk penyelesaian perang: penarikan pasukan Irak dari wilayah Iran yang diduduki, pembagian kedaulatan atas selat Shatt al-‘Arab, dan pertukaran tawanan perang.

Recent Posts

Ini Pesan Deputy Kementerian Haji Saudi untuk Persiapan Haji 2026

MONITOR, Jakarta - Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah yang juga Penanggung Jawab Petugas Penyelenggara Ibadah…

3 jam yang lalu

Dua Ribu Lebih Gen-Z Meriahkan Peaceful Muharam Bareng Kemenag

MONITOR, Jakarta - Lebih dari dua ribu generasi Z memadati Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (27/6/2025),…

9 jam yang lalu

Dukung Ketahanan Air dan Pangan di Maluku, Kementerian PU Percepat Konstruksi Bendungan Way Apu

MONITOR, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum (PU) terus melakukan upaya percepatan pembangunan bendungan, sebagaimana ditegaskan…

15 jam yang lalu

Tahun Baru Islam 1447 H, Bupati Bondowoso Pimpin Pawai 999 Obor Satu Muharam

MONITOR, Bondowoso - Menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 Hijriyah, Pemerintah Kabupaten Bondowoso bersama…

15 jam yang lalu

DPR Kritik Rencana Pemerintah Pajaki Toko Online: Kebijakan Tak Sensitif, Rakyat Sedang Berdarah-Darah

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi VI DPR RI Mufti Anam mengkritik rencana Pemerintah melalui Ditjen…

17 jam yang lalu

Kemenperin Apresiasi Schneider Electric Indonesia Tambah Kapasitas Produksi

MONITOR, Jakarta - Pemerintah terus memperkuat fondasi transformasi industri nasional menuju visi Indonesia Emas 2045…

24 jam yang lalu