STORI

Penaklukan Kota Yerusalem oleh Salahudin Al-Ayubi

MONITOR – 20 September 1187, setelah 88 tahun dikuasai serdadu Perang Salib, kota Yerusalem, Palestina akhirnya kembali jatuh kepangkuan umat Islam. Tepat pada 2 Oktober 1187 atau setelah tiga bulan berupaya dalam pertempuran Hattin, pasukan tentara Islam yang dipimpin Salahudin Al-Ayubi berhasil menaklukan dan membebaskan kota suci itu dari kedzaliman dan kebiadaban.

Peristiwa tersebut bermula tepat pada 4 Juli 1187, kerajaan Yerusalem yang semakin lemah karena permasalahan internal, hampir dikalahkan dalam Pertempuran Hattin. Banyak tokoh-tokoh kerajaan  tertangkap, termasuk Raja Guy.

Ketika 40 ribu tentara Perang Salib yang dipimpin Peter The Hermit menyerbu tanah suci Palestina, mereka datang dengan dirasuki fanatisme agama yang membabi buta. Guna membangkitkan rasa fanatisme itu, menurut Hallam penulis Barat, ‘setiap cara dan jalan ditempuh’. Tak peduli biadab atau tidak, semua ditebas remuk redam. Yerusalem banjir darah dan bangkai manusia.

Mengutip perkataan ahli sejarah Inggris, Jhon Stuart Mill yang mengakui adanya pembataian massal penduduk Muslim ketika Kota Antioch jatuh ke tengan tentara Salib.

”Keluruhan usia lanjut, ketidakberdayaan anak-anak, dan kelemahan kaum perempuan tidak dihiraukan sama sekali oleh tentara Latin yang fanatik itu. Rumah kediaman tidak diakui sebagai tempat berlindung dan pandangan sebuah masjid merupakan pembangkit nafsu angkara untuk melakukan kekejaman.”

Tak hanya itu, mereka pun menghancurleburkan kota-kota Syria, membunuh penduduknya dengan tangan dingin, dan membakar habis perbendaharaan kesenian dan ilmu pengetahuan yang sangat berharga, termasuk ‘Kutub Khanah’ (Perpustakaan) Tripolis yang termasyhur itu.

Lalu, ketika Raja Richard I dari Inggris merampas Kastil Acre, umat Islam juga dibantai. Begitu sadisnya, mayat-mayat mereka dan kepala-kepala terpenggal ditumpuk di bawah panggung. Raja Richard pun juga memerintahkan untuk menghukum mati 3.000 umat Islam, yang kebanyakan di antaranya wanita-wanita dan anak-anak, secara tak berkeadilan di Kastil Acre.

Setelah pertumpahan darah yang terjadi, pada pertengahan bulan September, tepatnya pada 20 September 1187, Salahudin Al-Ayubi mencapai Yerusalem dengan banyak membawa pasukan, mendirikan kemah dan memulai pengepungan. Salahudin Al-Ayubi pun mulai merebut kota Akko, Nablus, Jaffa, Toron, Sidon, Beirut, dan Ashkelon.

Pada tanggal 21 September pasukan Salahudin mulai ke utara dan barat laut karena tembok mulai diserang. Karena mendapat perlawanan sengit dan matahari yang menyilaukan penyerang serta benteng Kerajaan Yerusalem terbukti terlalu kuat, Salahudin pun harus menunda serangan.

Pada malam 25-26 September, ia pindah kemahnya di Bukit Zaitun di sisi timur laut kota, akhirnya pada tanggal 29 September pasukan Salahudin telah telah berhasil merobohkan dinding benteng.

Penaklukan Yerusalem yang dilakukan pasukan Islam di bawah komando Salahudin pada saat itu sungguh amat berbeda dengan tentara Perang Salib yang menduduki Yerusalem pada tahun 1099.

Salahudin pun menepati janjinya. Jenderal dan panglima perang tentara Islam itu menaklukan Yerusalem menurut ajaran Islam yang murni dan paling tinggi, yaitu tak ada balas dendam dan pembantaian, penaklukan berlangsung mulus seperti yang diajarkan oleh kitab suci Alquran.

Karen Amstrong dalam bukunya ‘Perang Suci’ menggambarkan, saat Salahudin dan pasukan Islam membebaskan Palestina, tak ada satu orang Kristen pun yang dibunuh. Tak apa pula perampasan harta benda.

Pengepungan Yerusalem ini terjadi pada tanggal 20 September-2 Oktober 1187 antara Dinasti Ayyubiyyah dan Kerajaan Yerusalem. Pertempuran ini menyebabkan Yerusalem direbut kembali dari tangan tentara Salib oleh Salahuddin al-Ayyubi dan kehancuran Kerajaan Yerusalem.

Pertempuran ini berakhir dengan menyerahnya Yerusalem pada 2 Oktober 1187. Saladin berhasil merebut Yerusalem pada 2 Oktober 1187 setelah usia 88 tahun dikuasai Kristen. Tanggal itu juga memiliki makna simbolis khusus bagi Muslim karena bertepatan dengan tanggal 27 Rajab yaitu tanggal peringatan Isra dan Mikraj.

Recent Posts

Pakar Politik Asia Tenggara Harap AICIS+ 2025 Hadirkan Solusi

MONITOR, Jakarta - Pakar sejarah dan politik Islam Asia Tenggara asal Malaysia, Prof. Farish A.…

12 menit yang lalu

Gelar Pahlawan Nasional Suharto Melegitimasi Kekuasaan Tanpa Batas

MONITOR, Jakarta - Lembaga kajian demokrasi dan kebajikan publik Public Virtue Research Institute (PVRI) menilai…

3 jam yang lalu

HUT ke 7 Gerakan Indonesia Optimis dan Refleksi 1 Tahun Prabowo-Gibran

MONITOR, Jakarta - Ketua Gerakan Indonesia Optimis (GIO), Ngasiman Djoyonegoro menyatakan bahwa pemuda saat ini…

6 jam yang lalu

Kemenag Ajak Dosen PTK Manfaatkan Beasiswa dan Riset, Anggarannya 500 Juta hingga 2 Milyar

MONITOR, Jakarta - Pusat Pembiayaan Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan (Puspenma) gencar mensosialisasikan program beasiswa…

6 jam yang lalu

KKP Tambah 1,079 Juta Hektare Kawasan Konservasi Laut di Satu Tahun Prabowo

MONITOR, Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil menambah 1,079 juta hektare kawasan konservasi…

9 jam yang lalu

Pesantren Ramah Anak, Menag: Kita Bentuk Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan

MONITOR, Jakarta - Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan komitmen dan keseriusannya dalam mengambangkan pesantren ramah…

10 jam yang lalu