MONITOR, Jakarta – Partisipasi Indonesia pada China-ASEAN Expo (CAEXPO) 2018 ke-15 yang berlangsung pada 12-15 September 2018, di Nanning, China mendulang sukses. Selain transaksi ritel dan potensi order, Indonesia juga berhasil mencatat kerja sama investasi.
“Suksesnya partisipasi Indonesia pada CAEXPO 2018 terbilang spektakuler. Tercatat transaksi dagang secara retail dan potensi order yang berhasil diraih sebesar USD 6,20 juta. Selain itu, juga tercatat kerja sama investasi di bidang kawasan industri terpadu (industrial park) yang ditandatangani dalam bentuk Letter of Intent (LoI) senilai USD 5 miliar,” jelas Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Arlinda.
Menurut Arlinda, nilai transaksi dagang pada CAEXPO 2018 meningkat 190% dibandingkan tahun 2017 yang tercatat sebesar USD 2,14 juta. “Kami bersyukur, di tengah pelemahan nilai rupiah upaya Indonesia di CAEXPO 2018 membuahkan hasil dengan meraup pembelian produk dan investasi dengan nilai yang sangat signifikan,” tandasnya.
Sebanyak 66 pelaku usaha berpartisipasi di Paviliun Indonesia yang terdiri dari Paviliun Komoditas seluas 2.160 m2 dan Paviliun Provinsi (City of Charm) seluas 108 m2 yang kali ini diwakili oleh Provinsi Sumatra Barat dan dipimpin langsung oleh Gubernur Sumatra Barat, Irwan Prayitno Selain makanan, fesyen, dan aksesori.
Provinsi Sumbar juga menampilkan ikon berupa miniatur jam gadang, rumah gadang, suntiang, kain songket, alat musik, tarian, dan peragaan busana tradisional Sumbar. Jumlah pengunjung di Paviliun Indonesia dan City of Charm diperkirakan mencapai 20 ribu orang.
Produk-produk yang paling diminati pengunjung untuk retail, lanjut Arlinda, adalah furnitur, aksesori dan perhiasan, dekorasi rumah, serta barang-barang konsumsi. Sedangkan produk- produk lain yang berhasil mencuri perhatian calon buyer untuk ditindak lanjuti adalah sabut kelapa.
Sampel produk sabut kelapa dipamerkan pada Paviliun Indonesia di Stan Dinas Perindag Sulawesi Utara. Dari tujuh calon buyer yang berminat dengan sabut kelapa, dua di antaranya berencana berkunjung ke Sulut. Bila terjadi kesepakatan, maka akan dilakukan penandatanganan bersamaan dengan penyelenggaraan Trade Expo Indonesia 2018.
Selain sabut kelapa, tas anyaman rotan produksi CV Prima Lestari juga menarik perhatian calon buyer. Sebanyak lima calon buyer sudah memesan 2.000 tas anyaman rotan yang akan digunakan sebagai kemasan untuk produk kosmetik. Dari jumlah tersebut, sebanyak 500 buah tas anyaman rotan senilai USD 59 ribu akan dikirimkan pada tahap awal.
Sementara itu, kerja sama investasi yang berhasil ditandatangani yaitu antara Pacific Construction Group dari China dan PT Famindo Internasional Sentral Teknologi dari Indonesia. Penandatanganan dilakukan saat pelaksanaan Indonesia Trade Tourism and Investment Forum di CAEXPO 2018.
Penandatangan tersebut disaksikan oleh Dirjen PEN, Arlinda, bersama dengan Wakil Ketua dari Standing Committee of Guangxi People’s Congress, Yang Jinghua, Konjen RI di Guangzhou, Gustanto, dan delegasi lainnya, serta pelaku usaha China dan Indonesia. Untuk penandatanganan nota kesepahaman (MoU) direncanakan dilakukan saat penyelenggaraan Trade Expo Indonesia 2018 di Tangerang, Banten.
Hal lain yang membanggakan adalah tahun ini Indonesia juga mendapat penghargaan dari panitia CAEXPO 2018 yaitu Penghargaan Terbaik untuk kriteria The Best Exhibitor dan Penghargaan Terbaik untuk kriteria The Best City of Charm. Indonesia akan menjadi Negara Peserta Kehormatan (Country of Honor) pada CAEXPO 2019.
Dengan penunjukan tersebut, diharapkan Indonesia dapat lebih meningkatkan kerja sama dan investasi dengan China untuk menyeimbangkan neraca perdagangan di antara kedua negara. Indonesia juga akan tampil beda. Salah satunya, dengan menggelar forum business to business (B to B) dengan negara anggota ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) maupun yang bukan ACFTA.
“Sebagai Country of Honor pada tahun 2019, Indonesia akan tampil maksimal bersinergi dengan kementerian/lembaga terkait untuk mempromosikan produk-produk unggulan dan memanfaatkan kerja sama dagang, investasi, dan upaya lain untuk mempermudah masuknya produk Indonesia ke China, sehingga dapat menyeimbangkan posisi neraca perdagangan Indonesia dengan China,” pungkas Arlinda.