EKONOMI

Rupiah Kian Melemah, Saatnya Indonesia jadi Bangsa Produktif

MONITOR, Bandung – Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (USD) kian memprihatinkan. Saat ini, bahkan sudah menembus angka Rp. 15.093,-/USD. Hal tersebut tentu menjadi kendala pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Pakar Ekonomi Kelautan, Prof. DR. Rokhmin Dahuri mengatakan penyebab utama nilai tukar rupiah selalu melemah adalah karena defisit neraca perdagangan dimana Indonesia merupakan negara yang lebih banyak mengimpor daripada mengekspor.

“Hal tersebut terjadi karena sebagian masyarakat kita konsumtif bukan produktif. Terlihat dari komposisi produk domestik bruto bangsa kita atau pertumbuhan ekonomi kita dimana 60 persen dari sektor konsumsi,” ujarnya saat memberikan Kuliah Umum “Pembangunan Ekonomi Kelautan Berbasis Industri- 4.0 untuk Mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia” di Aula Barat ITB, Bandung, Rabu (5/9/2018).

Prof. Rokhmin Dahuri saat saat memberikan Kuliah Umum “Pembangunan Ekonomi Kelautan Berbasis Industri- 4.0 untuk Mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia” di Aula Barat ITB, Bandung, Rabu (5/9/2018).

Prof. Rokhmin yang juga duta besar kehormatan, Jeju Island, Korea itu menambahkan jika negara ini ingin maju, maka rumus pertumbuhan ekonominya adalah fungsi dari investasi, ekspor, konsumsi, impor.

“Jadi kalau negara ingin maju, investasi atau industrialisasi atau penanaman modal plus ekspor harus lebih besar dari impor dan konsumsi,” tambahnya.

“Jadi bangsa ini harus tangan diatas jangan dibawah, harus menjadi bangsa yang produktif. Jurusnya harus cerdas, teknologi, riset dan development. Itulah jangka Panjang yang harus segera dilakukan untuk hasilnya nanti bisa dirasakan lima tahun kedepan,” tandasnya.

Dalam konteks jangka panjang, Prof. Rokhmin menegaskan pentingnya pemerintah untuk fokus dalam meningkatkan kapasitas dan kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia.

Sementara untuk jangka pendek yang harus dilakukan adalah dengan membatasi impor terutama barang konsumtif dan dukungan penuh pemerintah seperti akses permodalan, dan bunga bank yang rendah pada sektor ekonomi riil yang mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja.

“Jangka pendeknya sektor-sektor yang bisa menciptakan lapangan kerja, sektor-sektor yang teknologinya sederhana, sektor-sektor yang modal usahanya kecil seperti perikanan budidaya, UKM, dan lain-lain,” pungkasnya.

Recent Posts

Kemenperin Klaim Desain Kemasan Berperan Penting Angkat Daya Saing Produk IKM

MONITOR, Jakarta - Fungsi kemasan tak sekadar menjadi pemanis atau pelindung bagi sebuah produk, tetapi…

2 jam yang lalu

DPR Berperan Batalkan Program Rumah Subsidi 18 Meter Persegi yang Tak Manusiawi

MONITOR, Jakarta - Kementrian Perumahan dan Kawasan Pemukiman (PKP) akhirnya membatalkan usulan soal wacana pengecilan…

2 jam yang lalu

PT JMTO Raih Prestasi di Turnamen Tenis Meja Direktorat Operasi Jasa Marga 2025

MONITOR, Jakarta - Dalam rangka mempererat sinergi dan semangat sportivitas antarunit kerja, Direktorat Operasi PT…

3 jam yang lalu

PB IKA-PMII Priode 2025-2030 Resmi Dikukuhkan, Ini Susunanya!

MONITOR, Jakarta - Pengurus Besar Ikatan Keluarga Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB IKA-PMII) priode…

3 jam yang lalu

40 Jemaah Masih Dirawat di Saudi, KUH Rilis Nomor yang Bisa Dihubungi Keluarga

MONITOR, Jeddah - Operasional penyelenggaraan ibadah haji 1446 H selesai pada 11 Juli 2025 seiring…

4 jam yang lalu

Hari Pertama MPLS 2025, Mendikdasmen Imbau Orang Tua Antar Anak ke Sekolah

MONITOR, Sumbawa – Mengawali Tahun Pendidikan 2025/2026, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, mengimbau…

7 jam yang lalu