POLITIK

Politisi Golkar Miris dengan Fenomena Kader Jadi ‘Kutu Loncat’

MONITOR, Jakarta – Menjadi ‘kutu loncat’ sepertinya tengah ngetren di kalangan politisi saat ini. Ya, tidak sedikit politisi yang memutuskan hengkang kemudian berlabuh di partai lain. Itu dapat dilihat dari nama-nama yang mendaftar calon anggota legislatif (caleg) di Pemilu 2019 nanti.

Menanggapi hal itu, Ketua Komisi II DPR RI Zainudin Amali mengaku tidak heran. Pasalnya, politisi yang pindah atau nyeberang ke partai lain punya alasan masing-masing.

Dan, loncatnya kader ke partai lain diperbolehkan oleh undang-undang. “Memilih mencalonkan diri dari partai mana dengan sistem proporsional terbuka sebagaimana UU No 7/2017, memang sangat memungkinkan. Tetapi harus betul-betul punya alasan kuat mengapa harus pindah partai,” Amali di Komplek Parlemen, Senayan, Kamis (19/7).

Memang disayangkan, banyak politisi yang bergabung dengan partai tidak didasari dengan ideologi yang kuat. Hal itu bisa menjadi faktor penyebab pindahnya kader ke partai lain.

“Atau, bisa jadi karena ada konflik internal, sehingga membuat kader pindah ke partai lain,” tuturnya.

Fenomena itu, kata Amali, pernah terjadi di Partai Golkar. Saat Pilkada 2015 kemarin, banyak kader partai berlambang Pohon Beringin yang hengkang dan mencalonkan diri dari partai lain.

”Penyebabnya, kondisi internal Golkar saat itu belum kondusif. Nah, bagi kader yang maju di pilkada menganggap sulit menang jika diusung Golkar,” tandasnya.

“Ini jadi pelajaran Parpol. Saya tetap berkeyakinan kalau ikatan ideologisnya kuat, kader tidak mudah pindah. Kalau longgar, pasti pindah. Apalagi ada pertimbangan ada kemungkinan masa depannya dengan PT 4 persen itu, ketersediaan bebagai hal dalam pencalegannya, saya kira menjadi pertimbangan kita sebagai Parpol,” sebut dia.

Ditanyakan dampak bagi kader sebagai kutu loncat, politikus Golkar itu mengatakan semua kembali kepada partai yang dijadikan wadah kader atau calon tersebut bernaung. ”Itu menjadi tugas partai yang sudah ditempati pada saat setelah terpih menjadi anggota legislatif. Untuk memberi pembekalan semaksimal mungkin, tentang hal yang harus dikerjalan saat menjadi anggota DPR, acuannya bagaimana terpilih dulu.” ujar Amali.

Recent Posts

Panglima TNI: Kemanunggalan TNI-Rakyat Kekuatan Paling Ampuh

MONITOR, Jakarta - Mabes TNI menggelar Upacara Bendera rutin 17-an yang berlangsung  pada Jumat, 17…

2 jam yang lalu

Kemenag Masuk Tiga Besar Lembaga Paling Efektif Versi IndoStrategi

MONITOR, Jakarta - Satu tahun perjalanan pemerintahan Prabowo–Gibran diwarnai dengan apresiasi publik terhadap kinerja sejumlah…

4 jam yang lalu

Bakamla RI dan Pemerintahan Inggris Perkuat Kerja Sama Strategis Bidang Keamanan Maritim

MONITOR, Jakarta - Bakamla RI menerima kunjungan kehormatan (courtesy call) dari Delegasi Kedutaan Besar Inggris…

11 jam yang lalu

Dading Ishak: Zakat itu Pilar Kemakmuran Nasional

MONITOR, Jakarta - Tokoh agama sekaligus akademisi, Prof Dading Ishak, menegaskan pentingnya zakat sebagai salah…

15 jam yang lalu

Dorongan DPR soal Komnas Perempuan Jadi Satker Mandiri Dinilai Terobosan yang Dinanti

MONITOR, Jakarta - Aktivis perempuan dari Sarinah Institute, Luky Sandra Amalia menyambut baik dukunga Ketua…

17 jam yang lalu

Tampil di Depan 1.500 Siswa Kendari, Habib Ja’far dan Alissa Wahid Jelaskan Makna Tepuk Sakinah

MONITOR, Kendari - Sekitar 1.500 siswa Madrasah Aliyah Negeri dan Swasta (MAN/MAS) di Kota Kendari…

19 jam yang lalu