POLITIK

Lawan Radikalisme dengan Pancasila

MONITOR, Jakarta – Ketua MPR RI Zulkifli Hasan mengatakan, perilaku ‘Radikalisme’ muncul dan kian subur. Menurutnya hal itu disebabkan karena selama dua puluh tahun era reformasi bangsa ini telah lupa akan makna Pancasila.

Dengan begitu, ia menegaskan, bahwa permasalahan radikalisme masih saja menjadi masalah bangsa yang serius dan harus ditangani dengan hati-hati.

“Terus terang kita lalai. Banyak hal yang baik dan bagus di era orde baru kita hapus semua seperti penataran P4, manggala BP7 bubar, pendidikan pancasila hilang. Praktis selama 20 tahun hal-hal baik itu hilang sehingga bangsa ini tidak lagi ‘ngeh’ untuk melatih wawasan kebangsaan,”kata Zulkifli di Auditorium PT Pelni Pusat, Jakarta, Sabtu (30/6).

“Karena itu, masuklah berbagai macam pemahaman radikal. Pantas saja banyak anak-anak muda yang lahir setelah reformasi banyak menjadi sasaran paham radikal karena belum diajari soal wawasan kebangsaan,” sambungnya.

Oleh karena itu, Zulhas begitu biasa ia disapa menilai bahwa bangsa Indonesia dewasa ini perlu gerakan dan upaya ekstra yang keras dan tepat untuk menumbuhkan kembali semangat memahami dan mengimplementasikan Pancasila.

“Pemahaman radikal perlu dilawan dengan upaya keras pula dari rakyat Indonesia dengan menumbuhkan karakter Pancasila dalam diri dan perbuatan. Upaya keras dan tepat itu harus dan sangat diperlukan serta dilakukan bangsa Indonesia, sebab seluruh bangsa Indonesia wajib menjiwai Pancasila,” tegas Politisi PAN ini.

Dengan begitu, ia menegaskan betapa perlunya perlawanan rakyat menggunakan Pancasila terhadap radikalisme dan itu dinilainya sangat perlu, sebab negara Indonesia adalah negara kesepakatan. Kata dia, hal itu harus dicamkan.

Ia menuturkan, bahwa Pancasila adalah kesepakatan kolektif. Semua perbedaan dan keberagaman disatukan dengan satu visi dan misi yakni kesatuan Indonesia dan menuju cita-cita bersama. Masalah perbedaan Suku, Agama, Ras, Antargolongan sudah bukan masalah lagi. Semua sudah selesai diperdebatkan 70 tahun silam.

“Hal-hal itulah yang harus dipahami lagi dan dilatih kembali oleh rakyat Indonesia dan diperkenalkan secara baik kepada generasi muda yang lahir pasca reformasi,” pungkasnya.

Recent Posts

Dorongan DPR soal Pembentukan TGPF di Kasus Kwitang Tunjukkan Empati dan Keberpihakan Publik

MONITOR, Jakarta - Komisi III DPR RI mendorong pembentukan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) untuk…

5 jam yang lalu

Bertemu Ketua Parlemen Korsel, Puan Dorong Kerja Sama Investasi Hijau dan Budaya

MONITOR, Jakarta - Ketua DPR RI Puan Maharani melakukan pertemuan bilateral dengan Ketua Majelis Nasional…

6 jam yang lalu

Menteri Maman Dukung Optimalisasi Layanan dan Pelindungan UMKM Papua

MONITOR, Papua - Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman menegaskan dukungannya terhadap…

6 jam yang lalu

Kick Off HGN 2025, Menag Nasaruddin Tekankan Pentingnya Integrasi Ilmu dan Iman bagi Para Guru

MONITOR, Cirebon - Menteri Agama Nasaruddin Umar, membuka secara resmi kegiatan Kick Off Hari Guru…

6 jam yang lalu

Menag Lantik 21 Pejabat Kemenag; Mulai dari Rektor UIN, Kepala Kanwil hingga Kepala Biro PTKN

MONITOR, Jakarta - Menteri Agama Nasaruddin Umar melantik 21 pejabat Kemenag, yang terdiri dari Rektor…

9 jam yang lalu

Singgung Isu Tata Kelola AI di Forum MIKTA, Puan Serukan Keadilan

MONITOR, Jakarta - Ketua DPR RI Puan Maharani berbicara soal transisi energi dan tata kelola…

10 jam yang lalu