MONITOR, Jakarta – Lemahnya nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat membuat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution resah. Ia menilai, kenaikan di angka 13.885 tidak mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia.
“Sebenarnya fundamental itu ada di angka Rp13.500-Rp13.600. Tapi kalau situasi dipicu dengan omongan macam-macam, bisa saja ia bergerak sedikit ke sana sedikit kesini. Tapi sebetulnya tidak ada sesuatu yang membuat ia berubah secara signifikan,” ujar Darmin saat ditemui usai menghadiri Munas APINDO X di Jakarta, Rabu (25/4).
Sebagaimana cuitan Presiden AS Donald Trump dalam akun twitternya, mengenai tuduhan terhadap Cina dan Rusia sebagai manipulator kurs karena melakukan devaluasi mata uangnya.
“Rusia dan Cina melakukan permainan devaluasi mata uang ketika Amerika terus menaikkan suku bunga. Tidak bisa diterima!,” kicau Trump di akun twitternya.
Dimana, devaluasi mata uang umumnya dilakukan agar ekspor suatu negara menjadi lebih murah dan lebih bersaing di pasar global.
“Sekarang kondisinya sudah lebih tenang sebetulnya. Memang minggu lalu Presiden AS pake Twitter mulai menuduh lagi beberapa negara sebagai manipulator kurs sehingga pasar juga mulai bergerak,” kata Darmin.
Namun demikian, Darmin yakin pelemahan rupiah hanya sementara. Cuitan Trump di Twitter tidak akan membuat rupiah terus melemah dalam rentang waktu yang panjang.
“Dia (rupiah) beberapa hari mestinya tenang kembali. Jadi jangan terlalu khawatir,” ucapnya.