MONITOR, Jakarta – PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk yang merupakan perusahaan telekomunikasi milik negara dibawah naungan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dinilai belum mampu menangkap peluang.
Sebab, melihat potensi era teknologi dan milenial saat ini, sangat wajar jika industri telekomunikasi mendapatkan keuntungan dari besarnya pemakaian kuota internet baik melalui gadget berupa handphone, laptop, tablet hingga komputer.
Berdasarkan laporan keuangan Telkom Tahun 2017, pendapatan Telkom meningkat sebesar 10,25 persen year on year menjadi Rp 128,25 triliun. Namun rupanya, pertumbuhan tersebut tidak sebesar pertumbuhan pendapatan di 2016 yang mencapai 13,52 persen.
Menanggapi itu, Pemerhati BUMN Ismed Hasan Putro menuturkan, perusahaan BUMN seharuslah dapat berkontribusi memberikan pendapatan kepada negara.
“Negara berharap banyak kepada BUMN, BUMN ini salah satu instrumen andalan pemerintah selain pajak,” terang Ismed yang pernah menjabat sebagai Direktur Utama di PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) di Warung Daun, Jakarta, Selasa (24/4).
Senada dengan itu, Bima Yudhistira seorang Pengamat Ekonomi dari INDEF mengatakan bahwa pengguna medsos saat ini sangatlah besar. Akan tetapi pertumbuhan pendapatan Telkom justru menurun.
Menurut Bima, jika Telkom tidak bisa menjaring besarnya potensi bisnis tersebut, kaum muda atau akan semakin tertinggal dengan kaum milenial negara lain.
“Internet kita ini internet yang lambat, masih tertinggal, 62 dari 63 negara. Bagaimana kaum millenials bisa maju menyetarai millenials negara lain,” ucap Bima.