MONITOR, Jakarta – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk melakukan sejumlah langkah antisipasi dalam menghadapi fluktuasi nilai mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Ini dilakukan untuk mencegah dampak dari selisih kurs yang dapat meningkatkan rasio kredit bermasalah. Pasalnya saat ini, rupiah bergerak hampir menyentuh posisi Rp 14.000 per dolar Amerika Serikat (AS).
Direktur Utama BNI Achmad Baiquni menyatakan, jika pihaknya sangat hati-hati dalam memberikan kredit dalam valuta asing.
Menurut Baiquni, perseroan terus mencermati kecukupan liabilitas non rupiah. BNI juga hanya memberikan kredit valas kepada korporasi yang memperoleh pendapatan dalam bentuk valas.
“Terhadap debitur yang revenuenya (pendapatan) itu rupiah kami berikan rupiah saja. Untuk yang revenuenya valas kami berikan valas,” ujar Baiquni dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (23/4).
Senada dengan itu, Direktur Bisnis Treasury dan Internasional BNI, Rico Budidarmo mengatakan untuk mengantisipasi fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, Bank BNI menjaga posisi Net Open Position (NOP/Posisi Devisa Netto) dan meminta kepada debitur untuk mematuhi ketentuan lindung nilai (hedging) agar terhindar dari kerugian selisih kurs.
“Bahwa net open position kita coba mainten di bawah 2-3 persen. Biasanya saya jaganya di 1-2 persen. Untuk menghindari BNI terkena expose risiko di forex,” tandas dia.
Laporan : Debi Fathinah