Rabu, 27 November, 2024

FAO Apresiasi Kinerja Kementerian Pertanian

MONITOR, Jakarta – Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman melakukan pertemuan bilateral dengan Asisten Dirjen FAO/Kepala FAO Regional Bangkok (ADG FAO Bangkok), Ms. Kundhavi Kadiresan. Pertemuan itu dilakukan disela-sela acara the Fourth Jakarta Food Security Summit (JFSS-4) di Jakarta Convention Center Senayan, pada tanggal 8 Maret 2018.

Berdasarkan siaran pers yang diterima MONITOR, Kamis (8/3), Mentan didampingi oleh Mat Syukur (Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Perdagangan dan Hubungan Internasional) dan Baran Wirawan, (Tenaga Ahli Menteri Pertanian Bidang Tata Hubungan Kerja Lingkup Kementan). Sementara Ms. Kundhavi Kadiresan didampingi oleh Kepala Perwakilan FAO di Jakarta, Mr. Mark Smulders.

Pada kesempatan tersebut, Amran menyampaikan capaian pembangunan pertanian melalui program UPSUS. Program ini mencakup semua aspek yang berkontribusi untuk menciptakan sebuah kondisi pertanian yang sehat.

Aspek tersebut meliputi: (1) perubahan mendasar atas kebijakan-kebijakan yang menghambat pelaksanaan program; (2) perbaikan infrastruktur; (3) penguatan peran peran industri hilir; (4) introduksi asuransi pertanian; dan (5) memperpendek rantai pasok komoditas pertanian. Pada tahap pelaksanaannya, program UPSUS mencakup berbagai macam terobosan yang revolusioner.

- Advertisement -

Pada tahun 2017, produksi padi meningkat secara dramatis sebesar 10,5 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) yang setara dengan USD 3,23 Miliar. Kenaikan produksi yang dramatis tersebut juga tercatat pada 43 komoditas pertanian lainnya, termasuk bawang merah dan cabai yang nilai kumulatifnya berjumlah sekitar USD 27,08 Miliar.

Angka ini adalah yang tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Meskipun El Nino yang menghancurkan wilayah pertanian skala luas terjadi di negara kita, kami masih dapat menjaga pasokan domestik dari beberapa komoditas pangan strategis, dan bahkan berhasil mengekspor beras khusus sejumlah 4 ribu ton, bawang merah 7,7 ribu ton, dan jagung 57 ribu ton. Secara kumulatif, nilai ekspor  pertanian 2017 naik 24 persen dibandingkan tahun 2016.

“Kedepan, Kementerian Pertanian telah menetapkan target sebagai pemasok bahan pangan utama di dunia,” ujar Amran.

Amran optimis, untuk mewujudkan target ini pada tahun 2045 dengan mempertimbangkan besarnya sumberdaya yang ada di Indonesia termasuk besarnya keanekaragaman hayati dan ekosistem pertanian, luasnya potensi lahan subur untuk pertanian, melimpahnya tenaga kerja, tersedianya inovasi dan teknologi, dan besarnya potensi pasar dalam negeri dan internasional.

Merespon hal tersebut, ADG FAO Bangkok menyampaikan apresiasi atas capaian Pemerintah RI di sektor pertanian. Secara khusus, ADG FAO mengapresiasi pelaksanaan program asuransi pertanian dan sistem informasi pemantauan pertanian.

Asuransi pertanian (khususnya crop insurance) Indonesia dapat diterapkan dengan baik, di negara lain tidak mudah menerapkan program asuransi. Mengapresiasi sistem informasi kalender tanam berbasis teknologi yang dapat diakses secara cepat oleh petani dan penyuluh melalui smartphone serta mendorong diaplikasikannya e-agricultural secara lebih luas.

Selain itu, Kundhavi juga menyarankan dengan adanya kenaikan produksi ini, Indonesia berpeluang untuk melakukan ekspor produk pertaniannya.

“Untuk memasarkan produk pertanian ke luar negeri, produk itu sendiri harus berdaya saing, efisien, dan spesifik, misalnya produk pertanian organik,” ujar Kundhavi.

Lebih lanjut Kundhavi berharap Indonesia dapat menjadi promotor sistem pertanian Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA) dan Organik. LEISA adalah sistem pertanian berkelanjutan dengan input luar yang rendah dan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal dengan efisien.

Dalam kesempatan ini pula, Kundhavi menyampaikan undangan kepada Menteri Pertanian untuk menghadiri pertemuan tingkat Menteri Pertanian Asia dan Pasifik dalam the 34th Asia and the Pacific Regional Conference (APRC ke-34) di Fiji pada tanggal 9 s.d. 13 April 2018.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER