MONITOR Jakarta –Buku IPS Sekolah Dasar yang memuat konten mengenai status Jerusalem sebagai Ibukota Israel, ternyata tak hanya diterbitkan Yudhistira saja. Hal itu diakui Komisioner KPAI bidang pendidikan Retno Listyarti.
Retno menyatakan, pihaknya hingga kini kembali menerima laporan yang sama tetapi berbeda penerbit, kali ini penerbit Intan Pariwara.
Para pelapor mengirimkan foto berupa sampul buku; halaman awal buku yang menyebutkan tahun terbit, penerbit, diperbanyak/dicetak, nama penulis; serta halaman buku materi negara-negara Asia. Kedua buku, baik yang diperbanyak oleh Yudistira maupun Intan Pariwara.
"Buku-buku ini sudah diterbitkan cukup lama, yaitu antara 2009 atau 2010, artinya sudah dipergunakan sebagai pembelajaran sejak 8 tahun yang lalu. Namun, baru heboh tahun 2017 karena kontraversi pernyataan Presiden Amerika Serikat baru-baru ini terkait pengakuan Jerusalem sebagai ibukota Israel," ujar Retno dalam keterangan persnya.
Dalam buku IPS kelas VI yang dicetak oleh Intan Pariwara pada tabel negara-negara Asia Barat yang total berjumlah 19 negera seperti Arab Saudi, Irak, Iran, Yaman, dan lain-lain termasuk Israel, dimana di tabel tersebut ada kolom wilayah besar seperti Asia Selatan, Asia Barat, Asia Tengah dan sebagainya, kemudian nama negara dan ibukota negara.
"Di tabel Asia Barat itulah tertulis di kolom negera Israel dan di kolom ibukota Yerusalem," terangnya.
Sedangkan di buku IPS kelas VI yang dicetak oleh Yudistira, pada bahasan negara-negara di Benua Asia, ada tabel negara-negara di Benua Asia. Tabel tersebut terdiri atas 3 kolom yaitu kolom nomor, nama negara dan nama ibukota negara. Nama negara diurut sesuai abjad, negara Israel pada urutan nomor 7 dan dikolom ibukota tertulis Jerusalem. Sedangkan Negara Palestina di urutan no 12 dengan ibukotanya hanya diisi tanda strip (-) alias kosong.
Dari penjelasan penerbit Yudistira dengan nomor surat 12/Pnb-YGI/XII/2017 tertanggal 12 Desember 2017 yang menyatakan bahwa sumber data bahwa negara Israel ibukotanya Yerusalem dari world population sheet 2010.
Uniknya kedua buku tersebut ditulis oleh penulis yang sama, yaitu Irawan Sadad Sadiman dan Shandy Amalia. Pada sampul kedua buku tersebut tertulis Buku IPS kelas VI Sekolah Dasar (SD) /Madrasah Ibtidaiyah (MI) dengan logo tertulis “sesuai standar isi 2006” dan logo “buku bse” (baca: buku sekolah elektronik). Buku ini terbit sesuai dengan kurikulum 2006 yang dikenal dengan sebutan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan), artinya buku ini bukan kurikulum 2013, tapi masih dipergunakan hingga saat ini.
KPAI menyimpulkan, bahwa buku-buku tersebut diterbitkan secara resmi oleh negara dalam hal ini adalah oleh Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional pada tahun 2009. Kemudian, para penerbit seperti Yudistira, Intan Pariwara, dan lain-lain, kemudian mencetak atau memperbanyak dan dijual.
"Oleh karena itu, KPAI mempertimbangkan untuk berkoordinasi dan meminta keterangan dari pihak Kemendikbud juga untuk mencari solusi bersama," ujarnya.