Senin, 2 Juni, 2025

Sekelumit tentang Bondan Winarno dan Investigasi Kematian yang Dipalsukan

MONITOR – Bondan “Maknyus” Winarno, begitu istilah “maknyus” disematkan di tengah namanya menggambarkan betapa membekas di hati pemirsa salah satu stasiun televisi swasta dimana Bondan pernah membawakan acara kuliner terpopuler saat itu. Ya, “maknyus” begitu katanya di depan kamera kala usai menyantap hidangan.  Ia pun dikenal sebagai pakar kuliner Indonesia yang tak henti mengenalkan kuliner daerah ke Ibukota, bahkan kuliner Indonesia ke dunia.

Hari ini, Rabu (29/11) kabar duka pertama kali menyebar dari akun twitter Kelana Rasa Aire Parikesit. Dalam cuitannya ia mengabarkan pria bernama lengkap Bondan Haryo Winarno itu telah tutup usia pukul 9.05 WIB di RS Harapan Kita, Jakarta. Sontak kabar duka tersebut direspon pengguna media sosial, ucapan bela sungkawa serta doa membanjiri kepergian Bondan, tak lama berselang media-media nasional pun mengabarkan berita duka tersebut ke seantero negeri.

Publik kehilangan ikon kuliner Indonesia yang khas itu, namun tak banyak diketahui orang bahwa dunia pers juga kehilangan insan jurnalisme investigasi yang telah mengorbankan banyak hal demi menguak sebuah kebenaran. Bondan pernah menerbitkan  sebuah karya laporan investigasi terbaik berjudul ‘Bre-X: Sebungkah Emas di Kaki Pelangi’ 1997 silam. Bahkan sebuah tulisan di Pantau.or.id karya Oryza Ardyansyah Wirawan pada 2007 menyebut buku tersebut “sempat membuat malu pemerintah Indonesia di tahun-tahun terakhir menjelang runtuhnya rezim Soeharto. Sebuah buku yang ditulis berdasarkan liputan panjang yang melelahkan, yang menyingkap topeng para aktor skandal tersebut.”

- Advertisement -

(YouTube JURNALISME INVESTIGASI SERI #1 -SEJARAH & PERKEMBANGAN-)

Dalam sebuah serial video ‘Jurnalisme Investigasi #1’ produksi WatchdoC Bersama Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP) menceritakan bagaimana Bondan, mantan wartawan senior Majalah Swa itu menulis ‘Bre-X: Sebungkah Emas di Kaki Pelangi’ yang memuat tentang sekenario penipuan oleh Geologist Michael de Gusman pada kasus tambang emas palsu Bre-X di Busang, Kalimantan Timur. Menariknya, saat melakukan investigasinya Bondan tak lagi berprofesi sebagai wartawan, melainlan pengusaha.

Bondan menceritakan, sebelum terjerembab jauh menyelidiki kasus tersebut, mulanya ia tergelitik oleh sebuah isu yang tidak masuk akal, yakni berita tentang meninggalnya Michael de Gusman yang diduga bunuh diri, lompat dari helikopter yang tengah terbang setinggi 800-1000 diatas permukaan tanah. “Saya menduga, Michael de Gusman itu sudah menikmati banyak, sudah kaya dari kasus Bre-X ini, masak sudah kaya begitu hanya lompat,” kata Bondan dalam Video yang telah diunggah ke YouTube tersebut. “Saya kembangkan lagi, kok tiba-tiba dalam tiga hari kemudain ada berita bahwa mayatnya ditemukan. Ada fotonya, mayat yang jatuh dari ketinggian 800-1000 meter, nggak mungkin (seperti itu-red), pasti sudah hancur,” tambah Bondan menceritakan betapa ia saat itu curiga bahwa kematian Michael de Gusman telah dipalsukan.

“Pasti kematiannya telah dipalsukan,” tegas Bondan.

Demikian yakinnya Bondan untuk memulai investigasi panjangnya, bukan hanya karena kasus yang tak selesai, melainkan masalah-masalah sosial yang timbul seiring kasus tersebut. “Pada waktu itu kemarahan saya ada dua. Satu, bangsa Indonesia itu dipermalukan, tapi kok nggak merasa malu, kita kan dibohongi sama geologist itu, bahkan beberapa pejabat kita ikut-iku, disangkanya disana benar ada emas. Goblok sekali,” tukas Bondan.

“Yang menyedihkan, anda tau nggak berapa ratus ribu buruh di kanada yang dana pensiunnya lenyap? Hilang karena digunakan untuk membeli saham Bre-X?” tukas Bondan lagi seraya menegaskan dirinya berharap kasus serupa tak terulang setelah berhasil dibongkar. “Saya pilu karena ini masalah kamanusiaan.”

(YouTube Foto Michael de Guzman/ JURNALISME INVESTIGASI SERI #1 -SEJARAH & PERKEMBANGAN-)

 

Investigasi Panjang

‘Bre-X: Sebongkah Emas di Kaki Pelangi’ memuat detail bagaimana Bondan melakukan ivestigasi, mulai dari kelengkapan data-data yang sebagian berasal dari kliping surat kabar dan majalah, hingga perjalanan Bondan dalam menelusuri jati diri Michael de Guzman hingga ke Filipina.

“Saya kumpulkan semua kliping surat kabar dan majalah, karena saya harus mengetahui masalanya, selebihnya dan saya harus melakukan secara cepat, saya harus pergi ke Busang, dua kali saya sudah kesana dan tidak ketemu, saya tau ada adik dan istrinya tapi saya enggak ketemu, tapi saya mengamati suasana,” terang Bondan.

Tak berhenti disitu, Bondan pun melanjutkan pencarian faktanya ke makam Michael de Guzman di Filipina. Kejanggalan-kejanggalan mulai ia temui, mulai dari makam yang berumur satu minggu, namun tak nampak bekas peziarah hingga informasi yang mendadak ia dapatkan tentang gigi palus Michael de Guzman.

(YouTube: JURNALISME INVESTIGASI SERI #1 -SEJARAH & PERKEMBANGAN-)

“Nggak tau kenapa, saya nggak pake dukun, tiba-tiba informasi masuk ke saya melalui email. ‘Mas tau nggak kalau Michael de Guzman itu punya gigi palsu dibagian atasnya’ nah itu yang saya beri tahu National Bureau of Investigation , FBI nya Filipina,” terang Bondan. Menurutnya, hingga kini informasi penting tersebut masih berproses di Filipina, dirinya bahkan  dituntut Rp 2 triliun oleh mantan Menteri Pertambangan dan Energ kala itu, I.B. Sudjana yang menuduhnya mencemarkan nama baik.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER