MONITOR – Studi NASA baru-baru ini menunjukkan kemunculan batuan merah panas di bawah es Antartika, panas yang dihasilkan hampir sama dengan supervolcano.
Batuan tersebut diduga sebagai penyebab prisai es sangat tidak stabil, Kamis (9/11) ini, dan lebih cepat mencair sejak Zaman Es terakhir, 11.000 tahun yang lalu.
Dilansir Sputniknews, studi NASA tersebut menunjukkan batuan tersebut beradadi bawah Marie Byrd Land, antara Ross Ice Shelf dan Ross Sea, yang menciptakan danau dan sungai di bawah lapisan es.
Jumlah air dibawah lapisan es kemudian bertindak sebagai pelumas yang memungkinkan glaster meluncur diatas batuan dasar.
Para ilmuwan percaya bahwa sumber lelehan air dibawah Antartika Barat dapat meyumbang hilangnya kawasan es di masa depan.
Ilmuwan dari Jet Propulsion Laboratory NASA, Helene Seroussi percaya kehadilan batuan tersebut penting untuk dicermati, lantaran daerah tersdebut lebih rentan mencair.
"Panas tambahan ini menghangatkan es, yang menunjukkan pelemahan yang lebih besar dalam menghadapi masadepan dan masa lalu di kawasan tersebut," katanya kepada USA Today.
Fenomena tersebut diyakini berasal dari aliran batu panas yang naik melalui kerak bumi, menyebar seperti danau berbentuk jamur tak jauh dibawah kerak bumi.
MONITOR, Jakarta - Dulur Cirebonan Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan) menggelar acara Silaturahmi dan Halal…
MONITOR, Jakarta - Narasi kritis yang diangkat oleh koalisi partai politik pengusung pasangan Anies Baswedan-Muhaimin…
Monitor, Jakarta - Anggota DPR RI Fadli Zon berharap ke depannya pertanian di Indonesia bisa lebih…
MONITOR, Jakarta - Subholding Gas PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) menjalankan inisiatif…
MONITOR, Jakarta – Badan Karantina Indonesia dan Ministry for Primary Industries (MPI) Selandia Baru menggelar…
MONITOR, Jakarta - Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Kurniasih Mufidayati mengungkapkan rasa prihatin atas peningkatan…