MONITOR, Jakarta – Seiring perkembangan jaman, generasi bangsa mulai mengabaikan faktor yang menyebabkan bahasa suatu daerah punah. Hal itu tak lain karena kondisi masyarakat yang mulai tak peduli trehadap bahasa itu sendiri.
Hal itu diungkapkan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Dadang Sunendar. Fakta tersebut, kata Dadang, tak dapat dinafikan.
"Jadi kami membuka mensinyalir apa yang menyebabkan bahasa punah. Faktor pertama pengikutnya kurang. Kedua, secara teori misalnya ada bencana menyebabkan yang menyebabkan wilayah itu punah tentu akan berakibat pada bahasa itu sendiri," ujar Dadan Sunendar di Gedung A Kemendikbud, Jakarta. Kamis (5/10).
Meski terancam hilang, Dadang mengungkapkan ada suatu strategi untuk menghidupkan kembali bahasa-bahasa yang teelah sirna di tenagh masyarakat.
Caranya, kata Dadang, dibutuhkan kerja sama antara pemerintah daerah dengan kantor bahasa setempat. Kemudian dilanjutkan, sinergisitas para tokoh masyarakat setempat untuk mengajarkan kepada generasi yang lebih muda.
"Ada di daerah tersebut bahasa yang masih bisa di revitalisasi. Misalnya di Kupang kami ada kantor bahasa disana. Itu Bupati atau Gubernurnya harus kerja sama dengan kantor bahasa," ungkap Dadang.
MONITOR, Jakarta - Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas menghadiri Halalbihalal yang digelar Pengurus Besar…
MONITOR, Jakarta - Industri alat kesehatan nasional terus berupaya untuk menembus pasar ekspor seiring dengan…
MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi I DPR RI Helmy Faishal Zaini meminta pemerintah melakukan upaya untuk…
MONITOR, Jakarta - Kementerian Agama tahun ini kembali mengusung tagline Haji Ramah Lansia. Maklum, data…
MONITOR, Jakarta - Timnas U-23 Indonesia mencatatkan prestasi gemilang dengan menaklukkan Korea Selatan dalam babak…
MONITOR, Jakarta - LBH Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor mendesak Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan…