Kamis, 28 Maret, 2024

Film “Kau adalah Aku yang Lain” Muncul Diwaktu Tak Tepat

Monitor, Jakarta – Jagad dunia maya baru-baru ini digegerkan dengan unggahan akun media sosial Divisi Humas Mabes Polri, yakni sebuah film pendek berjudul "Kau adalah Aku yang Lain", juara ajang tahunan Police Movie Festival-4 yang digelar oleh Polri.

Yang menjadi sorotan dalam film garapan sineas asal Semarang, Anto Galon itu yakni ketika tampil sebuah adegan dimana seorang kakek melarang ambulans yang membawa pasien untuk melintasi jalan yang ditutup lantaran sedang digelar pengajian.

Adegan tersebut juga memunculkan percakapan dimana tokoh kakek, yang digambarkan berpeci dan berjenggot itu menyinggung keyakinan pasien yang berada di dalam ambulans.

Mengomentari adegan tersebut, Ketua DPD Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Jakarta Fahreza Rizky menilai kemunculan film "Kau adalah Aku yang Lain" berada di waktu yang tidak tepat, terlebih belakangan pemeluk agama Islam di Indonesia baru saja mengalami peristiwa yang mengusik keyakinannya.

- Advertisement -

"Saya menyangsikan adanya adegan ini. Kendati adegan ini dibutuhkan untuk melengkapi rangkaian film, namun bagi saya adegan ini tidak tepat. Sebab, publik atau umat justru terfokus bukan pada ide ceritanya yang menampilkan wajah Islam yang toleran, tetapi pada adegan kakek (Muslim) yang digambarkan sangat arogan itu," kata Fahreza melalui siaran Pers yang diterima Monitor, Kamis (29/6).

Menurutnya, adegan tersebut juga berpotensi "memukul" nilai-nilai toleransi umat Islam kepada umat beragama lainnya yang telah terbangun dengan baik. Pria yang akrab disapa Reza ini juga menilai adegan si kakek berpotensi memberikan stigma kepada khalayak tentang corak Islam Indonesia yang intoleran. Padahal tidak demikian.

"Maka dalam konteks adegan tersebut, s‎udah barang tentu hal itu bukan realitas dari nilai keislaman yang hakiki. Tak mungkin umat Islam membiarkan saudaranya tak selamat atau meregang nyawa hanya karena perbedaan keyakinan. Tidak mungkin. Hal tersebut justru bertentangan dengan ajaran Islam sendiri," tandas Reza.

Patut diberi Apresiasi

Disisi lain, Lulusan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini mengapresiasi Polri yang telah mengadakan Police Movie Festival-4, dimana acara tersebut dapat menjadi wadah masyarakat Indonesia untuk mengekspresikan kegelisahannya mengenai kondisi sosial-politik yang tengah terjadi, khususnya dalam bentuk karya film.

Demikian film "Kau adalah Aku yang Lain", dibalik kekecewaannya tentang adanya adegan yang berpotensi menimbulkan "kegaduhan baru", Reza yakin film tersebut dibuat dengan maksud menggambarkan toleransi umat Islam dengan umat beragama lainnya.

"Sudah barang tentu umat Islam menyayangi dan mengasihi saudaranya agar tetap selamat tanpa memandang perbedaan agama. Itulah realitas yang riil. Selain itu, saya meminta agar tak ada pihak yang memanaskan keadaan, baik masyarakat, ataupun institusi negara. Sebaliknya, saya yakin umat Islam bisa menahan diri dan bersikap moderat terkait hal ini," tutur Reza.

Untuk itu Reza meminta pihak terkait untuk meninjau kembali adegan si kakek agar tidak menimbulkan "kesalahpahaman dan kegaduhan baru". "Kendati begitu, saya tetap mengapresiasi setinggi-tingginya  karya sineas kita dan Polri karena sudah memberikan penjelasan tentang film itu," kata Reza.

"Kita berbaik sangka bahwa maksud dan tujuan dibuatnya film tersebut yakni ingin menggambarkan wajah Islam yang menghargai perbedaan dan dapat mencintai sesamanya. Namun, untuk adegan yang sudah disebut itu, mohon kiranya dapat ditinjau kembali," pungkasnya.

Sebelumnya, Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jendral Setyo Wasisto meminta masyarakat untuk menonton film pendek tersebut secara utuh agar tidak menimbulkan perbedaan tafsir.

"Coba dilihat secara utuh. Kalau dilihat sepenggal-sepenggal akan berbeda penafsirannya. Karena itu harus dihargai bahwa itu hasil dari karya seni," kata Setyo di Mabes Polri sebagaimana dikutip CNN Indonesia, Kamis.

Sementara itu, pihaknya juga telah menghapus film tersebut dari akun Twitter Divisi Humas Polri lantaran dinilai menimbulkan pro kontra.

"Sementara kita hapus dulu karena menimbulkan pro dan kontra," kata Setyo seperti dikutip Republika.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER