MONITOR, Jakarta – Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sudah menyatakan kesiapannya untuk maju dalam perhelatan pesta demokrasi pemilihan presiden 2019 mendatang. Hal itu terbukti dari pernyataan Prabowo pada 11 April lalu pada acara Rakornas Gerindra.
Meski demikan, tersiar anggapan lain dari Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy atau lebih akrab disapa Romy itu, bahwa Presiden Petahana Joko Widodo pernah dua kali melakukan pendekatan dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Romy juga menyatakan bahwa Jokowi pernah menyodorkan tawaran kepada Prabowo untuk menjadi cawapresnya di pilpres 2019.
"Bulan November Pak Jokowi dan Pak Prabowo dua kali bertemu. Tahun 2017. Dan di situ ada semacam keinginan. Kalau melihat kalimatnya, bisa jadi Pak Jokowi yang berinisiatif. Kenapa saya tahu? Karena waktu itu Pak Jokowi menanyakan kepada saya," kata Romi, di sela Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama PPP di Hotel Patra, Semarang, Jumat (13/4).
Menanggapi pernyataan Romy itu, Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) DPP Partai Gerindra Andre Rosiade mengakui memang benar Presiden Jokowi pernah menawari Prabowo agar menjadi cawapres 2019 dan itu benar adanya. Namun kata dia, tawaran Jokowi itu mentah-mentah ditolak oleh Prabowo.
“Kan langsung ditolak sama pak Prabowo. Karena rakyat ingin pak Prabowo maju sebagai capres. Prabowo ini kan figur orang yang selalu mendengarkan aspirasi rakyat, ternyata rakyat ingin perubahan ganti presiden dan ingin beliau jadi presiden. Beliau menolak ke pak Jokowi dan menyampaikan penolakannya,” kata Andre saat dihubungi, Sabtu (14/4).
Sementara itu Romy juga menuturkan, kalau responnya itu sangat positif. Bahkan Romy juga sampai mengirim utusan ke istana untuk menanyakan apakah tawaran tersebut masih berlaku. Namun hal itu ditepis oleh Andre. Sebab Prabowo sudah positif untuk maju di pilpres. Selain itu, Andre juga menganggap respon Romy itu terlalu mengandai-andai.
“Enggak lah kalau pak Prabowo positif udah dong. Itu kan dongeng Romy aja. Kalau pak Prabowo mau jadi cawapresnya Jokowi, tentu sudah diterima pak Prabowo. Gak mungkin partai Gerindra deklarasi Prabowo 11 April kemarin. Kan udah ditolak gitu loh. Kan berkali kali utusan itu. Masa kita bongkar semua kan gak etis. Gitu loh,” bebernya.
Dia menambahkan, menurut fakta yang dari Jokowi, utusannya ada yang datang ke Gerindra dan menyampaikan Prabowo jadi cawapres. Lantas Prabowo sudah memberikan keputusan tidak menerima itu.
“Ya sudah dan pak Prabowo menyampaikan mari kita berjumpa di pilpres 2019. Siapa presiden yang terpilih kita dukung lagi. Prabowo kan fair, negarawan, 2014 kalah beliau datang ke pelantikan pak Jokowi. Gak ada yang ganggu pak Jokowi,” pungkasnya.