Selasa, 16 April, 2024

Sumpah Pemuda, Tonggak Utama Pergerakan Kemerdekaan Indonesia

MONITOR – Sumpah Pemuda adalah satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ikrar ini dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia.

Ya, Sumpah Pemuda adalah keputusan Kongres Pemuda Kedua yang diselenggarakan dua hari, 27-28 Oktober 1928 di Batavia atau Jakarta. Kongres Pemuda II berlangsung pada 27-28 Oktober dalam tiga tahap rapat.

Rapat pertama berlangsung di gedung Katholieke Jongelingen Bond di Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng), lalu dipindahkan ke Oost Java Bioscoop di Konigsplein Noord (sekarang Jalan Medan Merdeka Utara), dan kemudian Gedung Kramat 106 baru dipakai untuk rapat ketiga sekaligus penutupan rapat.

Dari rapat pertama hingga rapat ketiga, kongres pemuda II ini menghadirkan 15 pembicara, yang membahas berbagai tema. Diantara pembicara yang dikenal, antara lain: Soegondo Djojopespito, Muhammad Yamin, Siti Sundari, Poernomowoelan, Sarmidi Mangoensarkoro, dan Sunario.

- Advertisement -

Hadir pula banyak organisasi pemuda dan kepanduan saat itu, diantaranya: Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Roekoen, PPPI, Pemuda Kaum Betawi, dll.

Keputusan ini menegaskan cita-cita akan ada “tanah air Indonesia”, “bangsa Indonesia”, dan “bahasa Indonesia”. Keputusan ini juga diharapkan menjadi asas bagi setiap “perkumpulan kebangsaan Indonesia” dan agar “disiarkan dalam segala surat kabar dan dibacakan di muka rapat perkumpulan-perkumpulan”.

Istilah “Sumpah Pemuda” sendiri tidak muncul dalam putusan kongres tersebut, melainkan diberikan setelahnya. Penulisan naskah sumpah pemuda sendiri menggunakan ejaan van Ophuysen.

Dilansir dari berbagai sumber, inilah 13 tokoh penting dibalik pembuatan sumpah pemuda.

1. Soenario

Merupakan seorang pengacara yang aktif membela para aktivis kemerdekaan pada waktu itu.

Soenario dipercaya sebagai penasihat panitia perumusan Sumpah Pemuda dan juga pembicara.

Pria yang lahir di Madiun, Jawa Timur pada tahun 1902 ini memiliki nma lengkap Prof. Mr. Sunario Sastrowardoyo.

Setelah menyelesaikan masa studinya di tanah air, dia langsung berangkat ke Belanda guna melanjutkan ke jenjang berikutnya

2. J. Leimena

Johannes Leimena lahir di Ambon, Maluku pada tahun 1905.

Saat Kongres Pemuda II masih berjalan, dia merupakan anggota panitia kongres.

Perlu diketahui bahwa Leimena merupakan mahasiswa aktivis yang mengetuai organisasi Jong Ambon.

3. Soegondo Djojopoespito

Seorang aktivis pendidikan yang juga tinggal di kediaman Ki Hajar Dewantara.

Tokoh pemuda yang satu ini lahir pada tahun 1905.

Tidak banyak orang yang tahu bahwa Soegondo inilah yang memimpin jalannya Kongres Pemuda II hingga menghasilkan Sumpah Pemuda yang kini terkenal.

4. Djoko Marsaid

Merupakan wakil ketua saat Kongres Pemuda berlangsung.

Djoko sendiri merupakan ketua dari Jong Java.

Tidak banyak informasi yang bisa digali dari seorang Djoko Marsaid ini.

Namun, namanya tetap tercantum dalam tokoh penting perumusan Sumpah Pemuda.

5. M.Yamin

M.Yamin adlah seorang penyair yang merintis gaya puisi modern di Indonesia.

Pria kelahiran Minangkabau tahun 1903 ini merupakan salah satu tokoh yang mendorong Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dalam perumusan Sumpah Pemuda

 6. Amir Syarifuddin Harahap

Wakil dari Jong Batak Bond.

Saat perumusan Sumpah Pemuda dia kerap menyumbangkan ide-ide brilian.

Amir juga merupakan aktivis anti Jepang dan pernah terancam hukuman mati.

7. W.R. Supratman

Hayo, masih ingat bapak yang satu ini atau tidak?

Yap, dialah pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Tidak banyak yang tahu bahwa pria bernama lengkap Wage Rudolf Soepratman ini merupakan seorang wartawan dan pengarang.

Selain itu, dia juga pandai dalam memainkan biola.

Saat penutupan Sumpah Pemuda dia memainkan sebuah lagu secara instrumental dengan biola (tanpa teks) yang kini dikenal sebagai lagu Indonesia Raya.

8. S. Mangoensarkoro

Merupakan seorang tokoh penting yang lahir pad tahun 1904.

Pria bernama lengkap Sarmidi Mangoensarkoro ini merupakan pejuang di bidang pendidikan.

Saat Kongres Pemuda I dan II, dia sering berbicara mengenai pendidikan untuk bangsa Indonesia.

Berkat konsentrasinya yang kuat dalam bidang tersebut, dia dipercaya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada tahun 1949 hingga 1950.

9. Kartosoewirjo

Pria bernama lengkap Sekarmadji Maridjan Kartosiewirjo ini merupakan pemimpin DI/TII yang mendeklarasikan Negara Islam Indonesia.

Walau begitu, dia merupakan salah satu tokoh penting dalam pembuatan Sumpah pemuda 1928.

Pria Kelahiran 7 Februari 1905 ini merupakan segelintir putra bangsa yang berhasil mengenyam pendidikan Eropa kala itu.

Dia bersekolah di Holland Inlandsche School (HIS) di Rembang.

Tempat itu merupakan sekolah elit khusus untuk anak=anak Eropa totok dan Indo (campuran).

10. Kasman Singodimedjo

Perintis keberadaan Pramuka di Indonesia.

Dia juga dikenal sebagai orator yang ulung.

Pria kelahiran Purworejo, Jawa Tengah ini pernah menjabat sebagai Jaksa Agung INdonesia dari tahun 1945 hingga 1946.

11. Mohammad Roem

Merupakan aktivis pemuda sekaligus mahasiswa hukum.

Rasa nasionalisme dalam dirinya terbakar setelah mendapatkan perlakukan diskriminatif di sekolah Belanda.

Akhirnya, pria yang sering disapa Moh.Roem ini bertekad untuk ikut serta dalam perumusan ikrar  Sumpah Pemuda.

12. A.K. Gani

Pria bernama asli Adnan Kapau Gani ini merupakan aktivis pemuda yang lahir di Palembang, Sumatra Barat pada tahun 1905.

Dia bergerak dalam organisasi Jong Sumatra Bond.

13. Sie Kong Liong

Nama pria yang satu ini seringkali disebut saat kamu membicarakan Sumpah Pemuda

Bagaimana tidak, dia adalah pemilik rumah tempat berlangsungnya Kongres Pemuda II.

Rumah itu terletak di Jalan Kramat Raya.

Kini, rumah itu telah dijadikan sebuah museum.

Naskah Sumpah Pemuda

Pertama :
– KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA
Kedua :
– KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA
Ketiga :
– KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA

Djakarta, 28 Oktober 1928

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER