Sabtu, 20 April, 2024

Menaklukkan Kota Yerussalem

MONITOR – Kisah panglima besar Islam Shalahuddin Al-Ayyubi memiliki sejarah panjang pada masa kejayaan umat Islam dalam menaklukkan kota Yerussalem. Dalam literatur sejarah, dikisahkan pemilik nama lengkap Shalahuddin Yusuf bin Najmuddin Ayyub bin Syadi, merupakan kebanggaan suku Kurdi.

Ia berhasil memimpin pasukan Islam untuk merebut kerajaan Yerussalem dari tangan pasukan salib. Sebelumnya, ketika wilayah Yerussalem dikuasai oleh pasukan Salib Kristen di tahun 1099, tidak kurang dari 30.000 penduduk Yerusalem yang mayoritasnya merupakan Muslim dibantai dengan cara sadis dan biadab.

The Canadian Islamic Congress, sebuah organisasi Islam di Kanada, bahkan menyebut korban yang dibantai oleh tentara Salib ketika itu, tidak kurang dari 70.000 orang. Kebiadaban pasukan salib membuat hati seorang Shalahuddin atau Saladin terusik.

Berbekal persiapan keimanan dan materi yang luar biasa, ia menyerukan umat Islam untuk bersatu padu melawan pasukan salib. Beberapa upaya yang dilakukannya, adalah melakukan kampanye dan menyatukan penduduk Syam, Irak, Yaman, Hijaz, dan Maroko di bawah satu komando.

- Advertisement -

Jumlah pasukan muslim yang kuat ini, menjadi pijakan sekaligus spirit bagi Shalahuddin untuk berjuang merebut kembali kota Yerussalem dari tangan pasukan salib. Pertempuran ini terjadi mulai 20 September hingga 2 Oktober 1187.

Sebelum penaklukan itu terjadi, kerajaan Yerusalem yang semakin lemah karena permasalahan internal, hampir dikalahkan dalam pertempuran Hattin, tanggal 4 Juli 1187. Banyak tokoh-tokoh kerajaan yang ditangkap, termasuk Raja Guy. Lalu, pada pertengahan bulan September, pasukan Shalahuddin berhasil merebut kota Akko, Nablus, Jaffa, Toron, Sidon, Beirut dan Ashkelon. Para pengungsi melarikan diri ke Tirus, satu-satunya kota yang dapat menahan serangan Shalahuddin.

Pada hari Minggu, tanggal 20 September 1197, Saladin mencapai Yerusalem dengan banyak pasukan mendirikan kemah dan memulai pengepungan. Pada tanggal 21 September, pasukan Saladin mulai ke utara dan baratlaut tembok mulai menyerang Yerusalem. Karena mendapat perlawanan sengit dan matahari yang menyilaukan penyerang serta benteng kerajaan Yerussalem terbukti
terlalu kuat Saladin harus menunda serangan. Pada malam 25 sampai 26 September, ia pindah kemahnya di Bukit Zaitun di sisi timur laut kota akhirnya pada tanggal 29 September pasukan Saladin telah telah berhasil merobohkan dinding benteng.

Shalahuddin mengimbau pasukannya untuk memasuki kota dengan lemah lembut tanpa menyertakan kekerasan. Tidak ada pembantaian atas dasar balas dendam, tidak ada pengrusakan tempat ibadah (gereja), apalagi membunuh orangtua dan anak-anak yang tidak berdosa. Karen Amstrong dalam bukunya ‘Perang Suci’ menyebut, ketika Jerusalem dibebaskan oleh Salahuddin, tidak seorang Kristen pun dibunuh dan tidak ada penjarahan terhadap harta mereka.

Bahkan, ketika wilayah Yerussalem kembali ke pangkuan umat Islam, orang-orang Kristen tetap diberikan rasa aman dan fasilitas yang baik untuk meninggalkan Yerusalem. Pertempuran ini berakhir dengan menyerahnya Yerusalem di tangan umat Islam pada 2 Oktober 1187.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER