Mencari Ramadhan yang Hilang

0
1283

Oleh: Ujang Komarudin*

Hari minggu (13/05) yang lalu kita terkaget-kaget dan terguncang karena ada bom bunuh diri yang dilakukan satu keluarga di tiga Gereja di Surabaya. Dan dihari yang sama, juga terjadi ledakan bom di Rusunawa Wonocolo Sidoarjo. Tidak sampai disitu, terjadi juga bom bunuh diri di Mapolrestabes Surabaya dan penyerangan di Mapolda Riau.

Bom bunuh diri bebera hari menjelang bulan Ramadhan tentu tidak kita inginkan. Jelang Ramadhan harusnya diisi dengan kebahagiaan dan keceriaan, karena akan datang tamu agung bulan suci Ramadhan yang penuh berkah dan hikmah.Teroris dalam menjalankan aksinya memang tidak mengenal waktu. Entah menjelang Ramadhan, saat Ramadhan, atau waktu-waktu yang lainnya.

Kedatangan bulan suci Ramadhan hendaknya dinikmati dan disyukuri sebagai sebuah anugerah dari Allah SWT. Dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw bersabda, “barang siapa yang gembira dengan datangnya bulan Ramadhan, maka diharamkan jasadnya masuk api neraka”. Begitu agungnya bulan Ramadhan. Menerima dengan penuh kegembiraan dan kebahagian saja sudah diharamkan masuk neraka. Apalagi kita menjalankan ibadah dengan baik di bulan suci ini.

Bom bunuh diri yang dilakukan para pelaku teror sesungguhnya bukanlah perbuatan yang baik dan benar jelang Ramadhan. Teror menjelang Ramadhan tidak dibolehkan. Apalagi sampai menimbulkan banyak korban jiwa. Bulan suci Ramadhan harus dihormati dengan cara-cara suci. Tidak boleh menjelang, saat Ramadhan, atau setelahnya dikotori oleh perbuatan jahat yang menghilangkan nyawa orang lain.

Sebelum, saat Ramadhan, dan setelah Ramadhan jiwa dan raga ini harus bersih dan suci. Karena kita berada dalam bulan yang suci yang didalamnya penuh keberkahan dan ampunan. Pintu-pintu surga dibuka. Setan-setan dibelenggu. Dan ibadah dibulan suci Ramadhan pahalanya dilipat gandakan.

Menghormati ramadhan haruslah dengan cara-cara yang baik. Bukan dengan cara-cara kekerasan apalagi dengan melakukan bunuh diri dengan cara meledakkan bom di tempat ibadah dan tempat-tempat lainnya. Kesucian Ramadhan jangan dirusak oleh cara-cara teror yang merugikan apalagi sampai menghilangkan nyawa sesama anak bangsa.

Teroris memang bekerja sepi dan sunyi bahkan sulit terdeteksi dan diketahui. Bisa muncul tiba-tiba tanpa diduga. Teroris juga bekerja dalam gelap dan senyap. Bekerja dan bergerak dengan daya ledak yang cukup untuk membunuh banyak manusia tak berdosa.

Terorisme bukan soal agama. Terorisme bisa juga soal kekecewaan dan ketidakadilan. Terorisme bisa juga karena keputusasaan. Putus asa karena hidupnya susah dan tertekan. Putus asa kepada Tuhan. Dan putus asa karena kemiskinan dan kebodohan.

Sesungguhnya musuh bangsa ini bukan hanya terorisme. Musuh republik ini bisa juga kemiskinan dan kebodohan. Karena kemiskinan dan kebodohan bisa saja membawa seseorang untuk berbuat kekerasan dengan menjadi teroris. Jika kemiskinan dan kebodohan masih mewarnai bangsa ini, bisa jadi teroris akan terus ada dan tumbuh subur.

Di hari pertama bulan Ramadahan yang penuh berkah dan kemulian ini. Jangan sampai kita melakukan perbuatan-perbuatan dosa. Melakukan kekerasan, kedzoliman, kebiadaban, dan pembunuhan sangat dilarang dalam agama. Agar keagungan Ramadhan tidak hilang, maka sepatutnyalah kita harus menebarkan kasih sayang dan kebaikan kepada sesama. Tak peduli apapun agama, ras, suku, bangsa, adat-istiadat, dan budayanya.

Jangan sampai Ramadhan dihari pertama ini berlalu tanpa makna dan arti. Isi Ramadhan dengan kebaikan-kebaikan. Perbanyak membaca Al-Qur’an yakinlah hidup akan nyaman dan tentram. Ramadhan menjadi bulan introspeksi untuk kita semua. Agar kita selalu ada dalam jalan-Nya. Jalan yang diridhoi Allah SWT.

Bukan jalan yang sesat dan menyesatkan. Bukan jalan setan. Bukan jalan orang-orang yang salah jalan. Bukan jalan para teroris yang makan banyak korban. Bukan jalan para pengabdi setan. Dan bukan jalan orang-orang yang salah dalam memahami dan menafsirkan ajaran agama yang mulia.

Perjalanan mencari Ramadhan yang hilang harus terus digelorakan. Tak boleh Ramadhan hilang begitu saja dihadapan kita tanpa menikmati manisnya ibadah kepada sang pencipta Allah SWT. Stop teror. Stop kekerasan, penyerangan, dan pembunuhan. Stop segala bentuk kemaksiatan.

Ciptakan kedamaian di bulan yang suci ini. Jangan lumuri Ramadhan dengan perbuatan dosa dan pembunuhan. Tuhan mencintai hambanya yang berbuat baik kepada sesama. Dan membenci orang yang berlaku dan bertindak kejahatan. Cintai Ramadhan dengan segenap hati, niscaya Ramadhan akan memancarkan sinarnya untuk kita semua.

Tak boleh ada yang melakukan teror di bulan Ramdahan ini. Melakukan teror sama saja mencederai kemulian dan keindahan Ramadhan. Ramadhan adalah tempat “berjihad”, ya berjihad untuk melawan hawa nafsu. Berjihad untuk melakukan sebanyak-banyaknya kebaikan. Berjihad melawan keburukan. Dan berjihad melawan segala bentuk teror.

Bom bunuh diri bukanlah jihad. Apalagi mengorbankan banyak korban jiwa. Sejatinya jihad menggerakan dan menghidupkan. Bukan membunuh dan mematikan. Jihad memanusiakan, bukan menghinakan. Jihad mengharumkan, bukan melakukan tindakan kotor dan busuk. Jihad melawan kemunafikan, bukan bersekutu dengan orang-orang munafik yang salah dalam menafsirkan ajaran dan nilai-nilai agama.

Jihad harus mencerahkan. Jihad harus mempersatukan. Jihad harus mengarah kepada kehidupan dan penghidupan yang lebih baik. Jihad tidak mengorbankan diri sendiri dan orang lain. Jihad melawan kemiskinan dan kebodohan. Jihad berani berkorban untuk orang lain. Dan jihad melawan ketidakadilan.

Mumpung masih di hari pertama Ramadhan. Berbuatlah yang terbaik untuk dunia dan akhirat kita. Mumpung masih diberi hidup dan sehat, berbuatlah yang terbaik untuk masyarakat, bangsa, dan negara.

Janganlah berbuat kerusakan di negara tercintai ini. Terlebih-lebih di bulan suci Ramadhan. Nikmati dan syukuri atas usia yang diberi Tuhan sehingga kita bisa beribadah di bulan yang mulia ini. Jangan sia-siakan bulan Ramadhan. Sekali hilang, akan sulit kita meraih keutamannya. Mintalah pada Tuhan agar kita selalu diberi kesehatan dan umur panjang agar selalu ada di jalannya dan dapat menikmati indah dan berkahnya Ramadhan.

Selamat menunaikan ibadah Puasa Ramadhan 1439 H.

*Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) & Pengamat Politik Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) Jakarta.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini