Kamis, 18 April, 2024

Serang Prabowo soal Penguasaan Lahan, Jokowi ingin gaet Pemilih Mengambang?

MONITOR, Jakarta – Balas “pantun politik” terkait pengelolahan lahan tampaknya masih terus berlangsung. Pada saat Pidato Kebangsaan Jokowi di Sentul Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (24/2/2019) malam, mengatakan, “jika ada penerima konsesi besar (lahan) yang mau mengembalikan ke negara, saya tunggu sekarang.”

Pakar Komunikasi Politik Universitas Pelita Harapan (UPH) sekaligus Direktur Eksekutif Emrus Corner, Emrus Sihombing mengatakan dari aspek komunikasi politik, pernyataan Jokowi mengenai konsesi lahan tidak lepas dari debat kedua Pilpres.

“Menurut saya, ditujukan kepada Prabowo. Awal perdebatan kedua kandidat Jokowi dan Prabowo, tentang konsesi lahan terjadi pada debat kedua Pilpres, 17 Februari 2019 yang lalu,” kata Emrus dalam keterangan tertulis kepada MONITOR, Senin (25/2/2019).

Emrus menambahkan perdebatan mengenai konsesi lahan bisa berpengaruh kepada elektoral. Bisa menurunkan elektabilitas satu kandidat, dan kesekuesinya meningkatkan elektabilitas kandidat lain. “Turun-naiknya elektoral tersebut bersumber dari dua kelompok masyarakat, yaitu kelompok swing voters dan undecided voters,” tegasnya.

- Advertisement -

Sumber dari swing voters. Mereka merupakan kelompok masyarakat yang sudah mendekati menentukan pilihan terhadap salah satu kandidasi, namun masih berpeluang “berpindah hati” ke kandidat lain. “Perpindahan itu sangat dipengaruhi dinamika komunikasi politik yang terus berlangsung, baik dalam bentuk debat maupun wacana yang muncul di ruang publik,” tambahnya.

Emrus memaparkan jika kandidat yang memenangkan debat dan wacana publik akan mampu menarik swing voters yang berada pada posisi kompetitornya. Sementara swing voter yang dimilikinya semakin menyakinkan dan mengukuhkan pilihanya kepadaya.

Adapun terkait dengan Pidato Kebangsaan Jokowi, utamanya ungkapan yang disampaikan berulang-ulang, yaitu “jika ada penerima konsesi besar (lahan) yang mau mengembalikan ke negara, saya tunggu sekarang,” kemudian dilanjutkan dengan mengatakan, akan dibagikan kepada masyarakat kelas sosial yang belum beruntung, ungkapan tersebut lanjut Emrus sarat makna mendalam dan tampaknya sekaligus menunjukkan bahwa Jokowi ingin meyakinkan kelompok masyarakat swing voters agar menjatuhkan pilihan kepadanya pada pemungutan suara April 2019 mendatang.

“Menurut hemat saya, Pidato Kebangsaan Jokowi mampu menarik simpati dan minat swing voters memberikan dukungan kepada dirinya,” tandasnya.

Sedangkan sumber dari undecided voters, Mereka merupakan kelompok masyarakat yang belum mengambil keputusan menentukan pilihan kepada salah satu kandidat, Jokowi atau Prabowo. “Kelompok undecided voters sedang menunggu gagasan, program rasional, berpihak kepada masyarakat terpinggirkan dan gaya yang menyenangkan dari para kandidat,” ungkap Emrus.

“Para kandidat yang mampu menyakinkan kelompok undecided voters dari segi tawaran, mereka akan cenderung memilih kandidat yang bersangkutan,” ujarnya.

Sehubungan dengan usulan Jokowi, kalau ada yang memperoleh konsesi lahan yang sangat luas, kemudian ingin mengembalikan ke negara, Jokowi menunggu dan selanjutnya membagikannya kepada rakyat yang membutuhkan.

“Pesan komunikasi politik yang disampaikan Jokowi ini setidaknya mampu mencairkan kekukuhan pemilih yang belum menentukan pilihan. Sebab, narasi ini sangat jelas, terukur dan berpihak kepada kelompok masyarakat yang masih terpinggirkan dari sudut kepemilikan dan atau pengelolaan lahan di Indonesia. Karena itu, saya berhipotesa, lontaran pesan komunikasi tersebut memiliki kemampuan mempersuasi kelompok undecided voters mengarahkan pilihannya kepada Jokowi,” pungkasnya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER