Jumat, 29 Maret, 2024

Perindo jadi ‘Jinak’ dukung Jokowi, Ini Kata Pengamat

MONITOR, Jakarta- Heboh putar haluan Partai Perindo pasca ketua umumnya ditetapkan sebagai tersangka atas dugaan ancaman terhadap aparat negara, Perindo menjadi jinak dan manut. Kini bahkan secara resmi ketua umum dan sekjen Perindo menyatakan akan mendukung Jokowi di pilpres 2019.

Menanggapi hal itu pengamat politik Veri Muhlis Arifuzzaman memandangnya sebagai hal lumrah. Veri bahkan menyatakan partai baru memang harus punya strategi jitu untuk bisa diterima publik, pilihannya menjadi oposan yang vokal atau menjadi pendukung pemerintah yang gigih.

"Tidak aneh Perindo dukung Jokowi, sama saja seperti PSI atau nanti partai baru lain, itu wajar dan sudah seharusnya," ujarnya.

Veri menjelaskan pilihan Perindo mengubah haluan dukungan politik adalah konsekuensi logis dari fakta politik yang tak terbantah yakni Jokowi sebagai petahana elektabilitasnya tinggi, tingkat penerimaan dan diinginkan kembali juga amat tinggi bisa di atas lima puluh persen. "Untuk partai baru tentu harus merapat pada yang kuat. Harus gabung dengan yang memberi untung. Mesti berenang bersama yang akan menang. Jadi mendukung Jokowi buat partai baru itu strategi jitu," jelasnya.

- Advertisement -

Veri menambahkan sebagai debutan, Perindo butuh eksis. Dalam politik ada adagium jika tak mampu mengalahkan yang kuat maka bergabunglah. Perindo melakukan itu dengan sadar, tinggal pertarungannya kemudian terjadi di kelompok satu kamar, di kelompok sesama pendukung.

"Kita tahu bahwa Nasdem dan Perindo cukup sengit bersaing, demikian juga PSI, klaim satu-satunya partai baru pendukung Jokowi jadi buyar. Para pendukung ini akan bersaing, jika Jokowi mampu jadi dirijen yang lihai maka orkesta pendukungnya akan menghasilkan musik yang indah tapi jika gagal jadi konduktor maka orkesta akan merusak telinga. Bising dan ditinggalkan orang," ujarnya.  

Saat ditanya soal kasus sms ancaman apakah dibarter dengan dukungan, Veri menjawabnya dengan lugas bahwa Publik akan menilai sampai mana kasus itu berjalan, jika berhenti dan bahkan SP3.

"Sangat mungkin kecurigaan barter akan menguat," pungkasnya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER