Kamis, 18 April, 2024

Komisi IX DPR Heran dengan Keseriusan Pemerintah Awasi Peredaran Makanan

MONITOR, Jakarta – Untuk kesekian kalinya makanan bermasalah masuk ke Indonesia. Setelah mie yang diduga mangandung babi, sekarang ditemui makanan olahan dari ikan yang dikemas dalam kaleng mengandung cacing. 

Menanggapi hal itu Wakil Ketua komisi IX DPR RI Saleh Partaonan Daulay, mempertanyakan bagaimana keseriusan pemerintah dalam mengawasi lalu lintas keluar masuknya produk-produk konsumtif ke Indonesia, terutama Badan Pengawasan Obat dan makanan (BPOM).

“Kita semua tahu bahwa sebelum masuk, sudah ada proses pemeriksaan yang dilakukan. Lalu, mengapa masih ada produk seperti ini? Jumlahnya tidak tanggung-tangggung, ada 27 merk”. Kata Saleh kepada MONITOR, Jakarta, Sabtu (30/3).

Ia meminta kepada pemerintah untuk tidak menganggap remeh dalam menanggapi masalah ini. Kata dia, tindakannya tidak boleh hanya sekedar menarik dari peredaran. Pihak yang sengaja mengedarkan produk ini harus diperiksa. Harus ditelusuri apa motif dan sasaran akhirnya.

- Advertisement -

“Kalau yang kita dengar kan, BPOM akan menarik produk. Lalu kalau sudah ditarik, apakah persoalan selesai? Ini perlu ditelusuri lebih lanjut. Kami akan memanggil BPOM untuk menanyakan apa langkah yang akan mereka lakukan dan bagaimana agar tidak terulang kembali”. Imbuhnya.

Lebih dari itu, Saleh juga mempertanyakan pernyataan dari Menteri Kesehatan (Menkes) Niela F Moeloek yang mengatakan bahwa cacing mengandung unsur protein.

Saleh menilai itu hanya sebagai penyederhanaan masalah. Menurutnya, mendengar cacing saja ada di dalam makanan masyarakat sudah merasa mual. Terlebih persoalan kehalalan cacing tersebut. Jika cacingnya tidak halal, maka tentu ada persoalan tersendiri. Karena itu, masih perlu diperiksa lebih lanjut oleh bjph (badan jaminanan produk halal).

“Menkes mestinya mencari solusi agar ini tidak terjadi. Tidak berkelit dengan mengatakan ada protein. Faktanya, masyarakat resah.” Tukas politisi PAN ini.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER