Jumat, 29 Maret, 2024

Kementan Bantu Petani Cabai Cegah Virus Kuning

MONITOR, Cianjur – Kementerian Pertanian terus mengawal swasembada cabai. Ini terbukti dengan upaya Menteri Andi Amran Sulaiman yang tak lelah mengingatkan jajarannya untuk membantu para petani cabai dalam menghadapi serangan penyakit pada tanaman.

Sebagaimana diketahui, penyakit yang banyak dihadapi petani cabai di Indonesia adalah virus kuning (pepper yellow leaf curl) atau virus Gemini. Virus ini terdeteksi ditemukan di sentra-sentra produksi utama cabai seperti Cianjur, Kediri, Blitar, Banyuwangi, dan beberapa sentra lain di Indonesia.

Mengenai penyakit ini, Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Prihasto Setyanto mengaku telah melihat langsung bentuk serangan berat virus ini pada bulan Maret 2018 di Kabupaten Kediri, saat melakukan inspeksi lapangan dalam rangka pengawalan produksi aneka cabai menghadapi Idul Fitri 2018.

“Virus kuning menyerang kabupaten Kediri secara masif, lebih dari 80% dari 4000 ha tanaman cabai terserang virus ini yang berpengaruh terhadap provitas cabai rawit di wilayah ini,” ungkapnya di Jakarta, Senin (9/7).

- Advertisement -

“Serangan virus ini diduga karena petani menggunakan benih varietas lokal yang sudah terserang virus kuning sebelumnya” tambahnya.

Menurut pengakuan Uden Suhendar, salah seorang anggota kelompok tani cabai Gede Harapan Desa Gekbrong, Kecamatan Gekbrong, Kabupaten Cianjur, serangan virus kuning cukup menggelisahkan. Gejalanya diawali dengan daun yang berubah warna lebih pucat, tulang daun memutih, lalu gejala berkembang menjadi warna kuning, bagian tulang daun menebal, dan daun mengeriting ke arah atas.

“Kalau sudah terserang virus ini, kami menjadi was-was karena terbukti cepat menyebar dan berdampak menurunnya produktivitas panen cabai,” ujarnya.

Profesor Sukchan Lee, Pakar virus dari Universitas Sungkyun Kwan dan Dr. Kyuongyeol Pakar Entomologi khusus kutu kebul, dari Universitas Kyungbook, Korea Selatan saat mengunjungi sentra cabai di kabupaten Cianjur pada Sabtu 7 Juli, menjelaskan bahwa infeksi virus gemini menyebabkan daun cabai mengecil dan berwarna kuning terang.

Virus Gemini ditularkan oleh serangga vector jenis kutu putih atau kutu kebul (Bemisia tabaci). Jika tanaman terserang pada umur muda, biasanya tanaman menjadi kerdil dan tidak berbuah.

“Virus ini memang tergolong bandel dan sulit dimatikan, sehingga tindakan paling tepat adalah melakukan upaya pencegahan,” ungkap Prof Sukchan Lee yang dalam kunjungan tersebut didampingi Kasubdit Aneka Cabai Ditjen Hortikultura, Mardhiyah Hayati dan Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, TPH setempat.

Menurut Prof Sukchan, virus kuning di Indonesia cukup sulit dikendalikan. Namun demikian, pencegahan dan pengendalian penyakit kuning bisa dilakukan dengan penggunaan benih yang sehat dan tidak berasal dari pohon induk yang pernah terserang penyakit ini.

“Sanitasi lahan perlu dilakukan dengan membersihkan gulma sekitar tanaman, penggunaan tanaman pembatas seperti jagung membantu mencegah masuknya serangga vektor ke areal lahan cabai,” terangnya.

Lalu, penggunaan perangkap kuning disekitar tanaman dapat mengurangi serangan vektor pembawa virus kuning yaitu kutu kebul, kemudian mencabut dan memusnahkan tanaman yang terserang virus kuning agar tidak menular ke tanaman lain yang masih sehat, masih menjadi pilihan yang direkomendasikan.

Dirinya juga tidak menampik peluang penggunaan pestisida sesuai anjuran untuk mengendalikan vektor penular virus. Namun, tetap disarankan untuk tidak terus menerus dengan jenis bahan aktif yg sama supaya vektor tidak kebal.

Prof Sukchan dan Dr. Kyuongyeoll berencana melakukan penelitian lanjut terhadap fenomena virus kuning cabai di Indonesia. ”Targetnya, kami ingin menemukan formulasi terbaik menangani serangan virus kuning ini. Kami telah meminta ijin pihak otoritas Indonesia untuk mengambil sampel dan menelitinya lebih lanjut di instalasi laboratorium yang kami miliki,” jelasnya.

Pakar entomologi dari Badan Litbang Pertanian Kementan Dr. Rini Murtiningsih juga turut hadir pada acara pertemuan yg diikuti oleh puluhan petani cabe dan penyuluh dari 12 kecamatan sentra cabe di Cianjur. Dr. Rini yang bekerja pada Balai Penelitan Sayuran Lembang pun menyambut positif rencana kerjasama tersebut.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER