Sabtu, 20 April, 2024

Meneladani Para Pahlawan

Pahlawan merupakan sosok atau figur yang memiliki jasa besar kepada negara dan rakyat Indonesia. Sosok pahlawan menjadikan dirinya dikenang sepanjang masa dalam sanubari rakyat Indonesia. Sosok pahlawan juga merupakan sosok yang mulia. Karena berjuang dan bekerja untuk memuliakan manusia. Memuliakan sesama. Dan memuliakan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Mulia di dunia dan mulia di akhirat kelak.

Sosok mulia para pahlawan harus kita teladani. Kita sangat bersyukur dan beruntung memiliki banyak pahlawan. Mereka bisa menjadi teladan sekaligus sumber inspirasi yang tidak akan ada habis-habisnya bagi generasi milenial saat ini. Sosok pahlawan merupakan personifikasi dari orang baik dan bijak yang bekerja untuk kebaikan dan kemanusiaan dan juga bekerja untuk negara. Jadi negara dan warganya menjadi tempat perjuangan dan pengabdian dengan penuh ketulusan dan keikhlasan.
10 November diperingati sebagai hari pahlawan untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur di medan pertempuran di Surabaya. Begitu gigih dan heroiknya para pahlawan dalam menjaga dan mempertahankan kedaulatan nagara dari serangan musuh. Mereka para pahlawan rela meregang nyawa untuk Indonesia. Indonesia yang merdeka. Indonesia yang berdaulat. Indonesia yang cinta damai. Indonesia yang sejahtera. Indonesia yang tanpa luka. Dan Indonesia yang jaya.
Meneladani para pahlawan merupakan kewajiban. Kewajiban bagi seluruh rakyat Indonesia. Meneladani mereka yang berjuang dan berkorban tanpa pamrih, tulus dan ikhlas. Berjuang dengan darah, air mata, jiwa, raga, dan harta. Pengorbanan mereka tidak akan sia-sia. Jika kita sebagai penerus bangsa meneladani dan meneruskan perjuangan mereka. Perjuangan dalam menjaga dan mempertahankan NKRI. NKRI harga mati dan harus dijaga hingga kita mati nanti.

Meneladani para pahlawan tidaklah sulit. Namun bukan berarti mudah. Tergantung kepada kita yang melakukannya. Nilai-nilai heroik yang diajarkan oleh pahlawan harus ditiru dan diteladani oleh kita dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Nilai heroisme dipakai bukan hanya ketika kita berperang dalam melawan penjajah. Tetapi bisa digunakan untuk menyemangati diri kita dan orang lain untuk belajar dan bekerja keras untuk memajukan Indonesia. Juga untuk menjaga kedaulatan di darat, laut, dan udara Indonesia. Ketika ikan laut kita di curi oleh bangsa lain, maka kita yang harus pertama mengecam dan memprotes kegiatan illegal tersebut. Jadi sifat heroisme bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pahlawan ada untuk diteladani. Bukan untuk dicaci. Pahlawan ada untuk menjadi inspirasi. Bukan untuk dikebiri. Pahlawan ada untuk dihormati. Bukan untuk diingkari. Pahlawan ada untuk dicintai. Bukan untuk dikelabui. Pahlawan ada untuk dimuliakan. Bukan untuk dihinakan. Pahlawan ada untuk dikenang jasa-jasanya. Bukan untuk dilupakan. Pahlawan ada untuk diberi tanda jasa. Bukan untuk diberi janji-janji biasa. Dan pahlawan ada untuk didoakan bukan untuk dilupakan.

- Advertisement -

Diantara ribuan pahlawan yang gugur pada 10 November 1945 kita mengenal Bung Tomo yang dengan begitu heroik dan patriotismenya memekikan perang melawan tentara penjajah di Surabaya. Tidak ada kata lain selain melawan. Karena melawan penjajah merupakan kehormatan. Kehormatan menjaga wilayah Indonesia dari penjajahan. Kehormatan jika mati menjadi syuhada. Kehormatan yang akan melekat sepanjang masa. Perjuangan Bung Tomo dan para pahlawan lainnya harus dijadikan contoh dan diteladani. Karena dengan mencontoh dan meneladani perjuangan para pahlawan kita telah menghormati mereka. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya.

Hari jum’at tanggal 10 November 2017 kita akan memperingati hari pahlawan yang ke-72. Selama 72 tahun itu pula kita merayakannya dengan keceriaan dan riang gembira. Namun yang paling penting adalah bagaimana kita bisa meneladani para pahlawan dan melaksanaknnya dalam kehidupan sehari-hari. Para pahlawan telah mengajarkan kepada kita sifat-sifat heroisme, patriotisme, kerja keras, optimisme, ketulusan, keiklasan, keyakinan, pesaudaraan, persatuan, kebaikan, kecintaan, kasih-sayang, kesetiaan, kemuliaan, keagungan, keluhuran, kejujuran, kebenaran, kecerdikan, kecerdasan, kehebatan, kesabaran, kebersihan, keindahan, kesehatan, kesederhanaan, kemenangan, dan optimisme.  
Pahlawan bukan orang yang culas, pembohong, penipu, pembunuh, pemerkosa, pencuri, suka mengorbankan orang lain, menjual negara, kolusi, korupsi, dan nepotisme, curang, negatif, pemalas, individualis, hedonis, iri, dengki, hasad, boros, cinta dunia dan takut mati, munafik, suka kekerasan, nakal, jahat, cabul, anti kebhinekaan, intoleransi, dan anti Pancasila. Sifat-sifat negatif tersebut bukan milik para pahlawan. Tapi milik para pengkhinat dan pecundang. Jika kita ingin jadi pahlawan, maka tanamkan nilai-nilai kebaikan dalam diri kita. Begitu juga sebaliknya, jika ingin jadi pecundang, maka lakukanlah hal-hal negatif. Pilihannya ada pada kita. Apakah kita ingin menjadi pahlawan atau pecundang.

Para pahlawan diteladani karena kebesaran jiwanya karena mau berjuang untuk negara dan masyarakat. Tulus dan ikhlas berjuang dan bekerja untuk kemanusiaan. Membangun jiwa optimisme. Membangun kecintaan terhadap tanah airnya. Karena cinta tanah air merupakan bagian dari iman. Dan berjuang diniatkan hanya untuk Allah SWT semata. Tuhan pemilik alam semesta yang telah menganugerahkan kemerdekaan kepada kita bangsa Indonesia. 
Begitu besarnya jasa para pahlawan sepatutnya kita harus menghargai dan menghormati keluarga dan keturunannya. Jasa para pahlawan tidak bisa dihitung dan diukur dan tidak akan bisa terbalaskan. Oleh karena itu, kita harus meneladaninya dengan cara mengisi kemerdekaan dengan cara-cara yang positif, kreatif, dan inovatif sehingga bangsa ini menjadi bangsa yang besar. Dan setiap kita bisa menjadi pahlawan yang juga akan diteladani oleh generasi mendatang.

Selamat hari pahlawan. Kami akan selalu mengenangmu!

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER