Sabtu, 20 April, 2024

Gandeng BNPB, BAZNAS Kampanye ‘Siaga dengan Berbagi’

MONITOR, Jakarta – Dalam rangka menyongsong Hari Kesiapsiagaan Bencana yang jatuh pada 26 April mendatang, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) menggandeng Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) guna mengampanyekan pengumpulan zakat, infak dan sedekah (ZIS) untuk penanggulangan bencana.

Hal itu mengemuka dalam talkshow bertajuk "Siap Siaga dengan Berbagi" di ara Car Free Day (CFD) Jakarta, Ahad (15/4). Hadir sebagai narasumber, Direktur BAZNAS Tanggap Bencana (BTB); Ahmad Fikri, Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB, Bernardus Wisnu Widjaja; artis Annisa Malati dan seniman Stand Up Comedy, M. Al Jupri.

"BTB adalah lembaga program BAZNAS yang dibentuk untuk penanggulangan bencana. BTB kini juga eksis di BAZNAS daerah. BTB bersama BNPB mengampanyekan ke masyarakat tentang urgensi mengubah paradigma bencana dari respon menjadi pencegahan," ujar Ahmad Fikri.

Ia menyebutkan, BTB memiliki banyak program seperti Sekolah Sungai, Sekolah Aman Bencana, Kampung Tanggap Bencana, BTB Goes to School, dan sebagainya.

- Advertisement -

Aktivis gerakan pramuka yang kerap melanglang buana ke mancanegara ini, menjelaskan, BTB sudah banyak berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kemanusiaan.

"Berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri dan BNPB, BTB turut membantu pengungsi Rohingya di Myanmar dan Bangladesh, krisis Asmat Papua, pengungsi Gunung Agung Bali, banjir DKI dan daerah, tanah longsor dan sebagainya," ucap Fikri.

Dia menambahkan, selama 2016 terdapat 2.342 kejadian bencana, naik 35 persen dibandingkan tahun 2015. Menjelang pergantian tahun, tutur Fikri mengutip BNPB, rekapitulasi berbagai peristiwa menunjukkan peningkatan bencana di Indonesia. Dari data yang dikumpulkan terlihat bahwa jumlah bencana pada 2016 mencapai 2.342 peristiwa. Angka ini merupakan yang tertinggi sejak pencatatan kejadian bencana pada 2002.

"Banyaknya kejadian bencana dari data tersebut mengakibatkan banyaknya jumlah warga yang terdampak bencana, Tercatat selama tahun 2017, sebanyak 3,2 juta pengungsi. Tingginya jumlah pengungsi dapat berdampak pada meningkatnya jumlah warga miskin. Sekitar 80 persen dari warga yang terdampak bencana alam ini akhirnya berstatus jadi miskin lagi alias 'jamila'. Meski sebelumnya mereka sudah masuk kategori sejahtera," kata dia.

Fikri memaparkan, BAZNAS juga ikut mendorong realisasi Tujuan-Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).

"Untuk dapat mencapai tujuan SDGs yaitu nol kemiskinan, bisa dilakukan melalui pengurangan risiko bencana. Salah satunya adalah dengan mengampanyekan paradigma kesiapsiagaan bencana pada masyarakat. Sehingga jumlah warga terdampak akan berkurang karena mereka telah sadar dan siap siaga ketika bencana terjadi," ucap Fikri.

Hasil survei di Jepang pada kejadian gempa Great Hanshin Awaji 1995, imbuh dia, menunjukkan bahwa persentase korban selamat dalam durasi “golden time” disebabkan beberapa hal.

Pertama, jelas Fikri, kesiapsiagaan diri sendiri sebesar 34,9 persen. Kedua, dukungan anggota keluarga 31,9 persen. Ketiga, teman atau tetangga 28,1persen. Keempat, orang lewat 2,60 persen. Kelima, regu penolong 1,70 persen. Dan keenam lain-lain 0,90 persen.

"Berdasarkan ilustrasi tersebut, sangat jelas bahwa faktor yang paling menentukan adalah penguasaan pengetahuan penyelamatan yang dimiliki oleh 'diri sendiri', keluarga dan komunitas di sekitarnya," kata Fikri.

Karena itu, menurut dia, salah satu peningkatan kapasitas akan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana adalah melalui program edukasi.

"Inilah yang mendorong BAZNAS menggelar kampanye dan sosialisasi, antara lain melalui talkshow," ujar dia.

Program talkshow ini, papar Fikri, bertujuan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam mitigasi dan kesiapsigaan dalam menghadapi bencana di sekitarnya.

Dengan hal tersebut, tambah dia, masyarakat dapat melakukan aksi-aksi yang dapat mengurangi risiko bencana serta memahami apa yang harus dilakukan ketika bencana terjadi. 

"Bagi BAZNAS sebagai lembaga filantropi berbasis zakat, program ini dapat menunjukkan eksistensi lembaga dalam keberagaman bentuk penyaluran sehingga dapat meningkatkan minat masyarakat dalam menyalurkan dananya ke BAZNAS," ucap Fikri.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER