Sabtu, 20 April, 2024

Profil ‘Night Bus’, Peraih Film Terbaik FFI 2017

MONITOR Manado – “Night Bus” terpilih sebagai film terbaik dalam Festival Film Indonesia (FFI) 2017. Penganugerahaan Piala Citra kepada film yang dibintangi Teuku Rifnu Wikana itu dilakukan dalam Malam Anugerah Piala Citra FFI 2017 yang dihelat pada Sabtu (11/11) malam di Grand Kawanua, Manado, Sulawesi Utara.

Produser film ini, Darius Sinathrya menerima langsung piala yang merupakan lambang supremasi tertinggi bagi insan perfilman sejak 1955 itu.

Piala Citra untuk kategori film terbaik diserahkan oleh Presiden RI ke-5, Megawati. Sementara pengumuman peraih Piala Citra untuk kategori ini dibacakan oleh Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud, Hilmar Farid dan aktris Widyawati Sophiaan.

Film “Night Bus” juga meraih 5 Piala Citra untuk 5 kategori lainnya, yaitu penulis skenario adaptasi terbaik, penyuntinh gambar terbaik, penata busana terbaik, penata rias terbaik, dan pemeran utama pria terbaik.

- Advertisement -

“Night Bus” yang disutradarai oleh Emil Heradi bercerita tentang perjalanan sekelompok orang dalam sebuah bus yang menyusuri daerah konflik antara pemerintah dengan milisi gerakan kemerdekaan.

Film Night Bus mengisahkan tentang sebuah bus yang melaju menuju Sampar, sebuah kota yang terkenal kaya akan sumber daya alamnya dan dijaga ketat oleh sekelompok tentara yang siap siaga melawan para militan pemberontak yang menuntut kemerdekaan atas tanah kelahiran mereka.

Setiap penumpang bus ini memiliki tujuannya masing-masing. Pada awalnya mereka berpikir bahwa ini akan menjadi perjalanan menuju daerah konflik seperti biasa, namun tanpa mereka sadari ada penyusup yang membawa pesan penting yang harus di sampaikan ke Sampar.

Pesan penting ini dapat mengakhiri konflik yang terjadi. Namun kehadiran penyusup ini membahayakan semua penumpang, karena dia dicari oleh kedua pihak yang tengah bertikai. Situasi menjadi semakin menegangkan ketika semua orang harus memperjuangkan hidupnya di sela-sela desingan peluru.

Ditambah lagi, mereka juga harus menghadapi pihak lain yang justru tidak menginginkan konflik berakhir, yakni para kaum oportunis, pemelihara konflik karena mereka hidup dari konflik. Tidak ada yang tahu, siapa yang akan mati dan siapa yang akan tetap hidup.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER