Jumat, 19 April, 2024

Dinilai Tangguh, Petani Bawang Merah Brebes Ogah Dipolitisir

MONITOR, Jakarta – Kabupaten Brebes dikenal sebagai sentra terbesar bawang merah di Indonesia. Brebes memberikan andil hingga 30 persen dari total produksi nasional yang mencapai 1,4 juta ton lebih. Petani Brebes sangat terkenal ulet dan sangat “minded” dengan bawang merah. Keuletan dan ketangguhan petani Brebes telah diakui banyak pihak. Dalam kondisi apapun, mereka tetap menanam bawang merah sebagai penopang ekonomi rumah tangganya. Boleh dibilang, Bawang Merah telah mandarah daging sebagai komoditas andalan petani Brebes.

Terkait pemberitaan seorang petani bernama Subhan yang sampai menangis karena mengeluhkan harga bawang merah, Ketua Champion Bawang Merah Indonesia, H Juwari menyatakan tidak sependapat. “Subhan itu memang petani, saya tahu sendiri dia petani tulen dia juga menanam bawang walaupun tidak banyak. Dia aktif di LSM – LSM lokal di Brebes . Menurut saya beda dengan yang disampaikan Subhan. Petani bawang merah Brebes itu tangguh dan tidak cengeng. Yang penting lagi, jangan dipolitisir”, tegas Juwari.

“Kalaupun harga sekarang tertekan, itu hanya akan berlangsung sebentar saja. Saya menyarankan agar pedagang besar bantu membeli hasil petani, disimpan untuk dikeluarkan saat bulan Maret-April nanti, petani juga bisa pergunakan gudang penyimpanan bawang, keluarkan sedikit-sedikit”, saran Juwari. “Kerjasama dengan industri pengolahan juga perlu ditingkatkan dan terakhir, saya mohon BULOG dan Kemendag dapat membantu menyerap bawang merah petani dan menyimpannya di CAS (controlled atmosphere storage)”, katanya. “Semua pihak harus bergerak sama-sama”, tandas Juwari.

Ikhwan, Sekjen Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) menguatkan bahwa petani bawang merah Brebes bukanlah petani bermental cengeng. “Petani Brebes terkenal tangguh, bukan tipe sekedar ikut-ikutan muncul jika ada bantuan APBN, atau saat harga tinggi lalu ikut nanam. Harga naik maupun turun, untung atau rugi mereka tetap tanam”, ungkap Ikhwan.

- Advertisement -

“Bahkan petani disini berani ekspansi ke daerah lain seperti Tegal, Majalengka, Pemalang dan Kendal. Saat musim hujan sekalipun, Petani tetap berani tanam bawang merah. Naik turun harga bagi petani sudah biasa, toh hal itu tidak hanya terjadi di bawang merah” lanjut ikhwan.

Menurut Ikhwan, luas panen bulan Januari – Februari di Kabupaten Brebes mencapai 9 ribu hektar. Diakuinya, luas panen yang begitu besar turut menekan harga di tingkat petani. “Beberapa daerah panen bareng di bulan Februari. Jadi wajar jika harga tertekan”, ujarnya.

“Meski sempat tertekan, harga di tingkat petani Brebes saat ini berangsur naik dari Rp. 8 ribu per kilogram menjadi Rp. 10 ribu. Harga di Pasar Induk Kramat Jati Rp. 13 ribu per kilogram. Kami yakin harga akan terus membaik, karena trend nya sudah kelihatan beberapa hari terakhir. Kedepan kami ingin sosialisasi lebih gencar terkait penggunaan TSS untuk efisiensi biaya produksi”, imbuhnya.

Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Moh. Ismail Wahab saat dimintai keterangan mengatakan budidaya bawang merah sampai saat ini masih menguntungkan.

“Animo petani untuk tanam bawang merah masih sangat tinggi di berbagai daerah di Indonesia termasuk di Brebes. Ini artinya tanam bawang merah masih menguntungkan selama bisa diatur pola tanam dan diperbaiki tatacara budidayanya. Efisiensi produksi dengan membuat pupuk organik dan pestisida hayati sendiri akan lebih irit dan tentunya ramah lingkungan”, ujar Ismail.

“Pemerintah sudah melakukan banyak hal mulai dari merancang pola tanam bersama dengan Dinas Provinsi, bantuan benih, bantuan sarana produksi dan penyimpanan, kemitraan industri hingga menetapkan harga acuan pembelian di tingkat petani”, bebernya.

“Saya yakin usahatani bawang merah akan terus menjadi primadona karena secara umum menguntungkan”, pungkas Ismail.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER