Sabtu, 20 April, 2024

Perkembangan Pelanggan Seluler Dorong Dominasi Teknologi LTE pada 2022

MONITOR – Edisi terbaru Mobility Report dari Ericsson (NASDAQ: ERIC) menunjukkan bahwa pelanggan broadband selular terus meningkat di Asia Tenggara dan Oseania. Perluasan jaringan LTE pada wilayah ini mendorong jumlah pelanggan menjadi monumental.

Selain itu, karena kecepatan jaringan selular di atas LTE semakin cepat, kecepatan download yang menyentuh 1 gigabit per detik (GBPS) telah tercapai di Australia dan Singapura, dengan time to content atau waktu mencapai konten kurang dari 4 detik, membuat video streaming real-time menjadi tren teratas konsumen.

Jumlah pelanggan selular di Asia Pasifik terus berkembang secara stabil. Mulai dari akhir tahun 2016 sampai tahun 2022, diperkirakan jumlah pelanggan selular di kawasan ini akan meningkat dengan tingkat compound annual growth rate (CAGR) atau pertumbuhan tahunan gabungan hampir sebesar 3 persen, mencapai sekitar 1,3 miliar langganan. Tiongkok, India, Myanmar, Indonesia, dan Bangladesh tetap berada di antara 10 negara teratas di dunia dalam kategori penambahan jumlah pelanggan selular, dengan net addition atau jumlah tambahan pelanggan selular bersih lebih dari 10 juta, dan berada di posisi ke tiga setelah India (+43 juta) dan Tiongkok (+24 juta). Setelah Indonesia ada Pakistan (+5 juta) dan Nigeria (+3 juta).  

Serapan ponsel pintar (smartphone) akan menjadi pendorong utama untuk trafik data. Pada akhir 2017, sekitar 50 persen dari keseluruhan pelanggan selular akan terkait dengan ponsel pintar, dan akan mencapai 80 persen pada akhir tahun 2022 di kawasan ini. Penerapan awal 5G diperkirakan akan menghasilkan sekitar 28 juta pelanggan 5G pada tahun 2022. Ketersediaan spektrum baru serta pengembangan beragam kegunaan yang inovatif tentunya akan membantu percepatan penerapan layanan 5G di seluruh kawasan Asia Tenggara dan Oseania.

- Advertisement -

Saat ini, kegunaan inovatif yang populer di Negara ini meliputi perbankan, belanja, transportasi, dan perjalanan online. Namun, pasar masih terus didominasi oleh aplikasi selular luar negeri, dan hanya 12% dari total 100 aplikasi dibuat penyedia aplikasi lokal atau regional. Hal ini tentu saja merupakan peluang bisnis bagi operator seluler dengan potensi untuk berkembang lebih jauh menjadi kegunaan baru sebagai bagian dari upaya untuk mewujudkan Indonesia yang lebih digital, seperti misalnya aplikasi terkait perangkat terhubung IoT.

Pada akhir 2016, perangkat segmen IoT short range atau jangkauan pendek akan menjadi tipe utama dari perangkat yang terhubung dengan IoT di Asia Tenggara dan Oseania, dan akan diikuti oleh perangkat seluler. Pada tahun 2022, baik segmen IoT short range maupun selular diperkirakan akan bertahan pada posisinya saat ini. Penyedia layanan seluler yang memanfaatkan peluang IoT untuk segmen perusahaan perlu mempertimbangkan peluang bisnis serta kebutuhan konektivitasnya agar bisa menerapkan infrastruktur yang tepat – baik untuk IoT short rangemaupun konektivitas 5G.

Pada pasar broadband yang lebih maju, konsumen biasanya mengharapkan time-to-content atau waktu ke konten sebesar 4 detik atau kurang, dengan kebutuhan kecepatan downlink minimal sebesar 4 Mbps. Dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi peningkatan kinerja jaringan yang stabil di sebagian besar Negara di kawasan ini, hingga pada titik dimana 70 persen dari analisa sampel uji kecepatan di semua Negara ini mencapai kecepatan downlink minimal 1 Mbps. Meskipun kecepatan ini tidak cukup untuk menciptakan time-to-content atau waktu ke konten hingga 4 detik atau kurang, diperkirakan kondisi ini akan membaik seiring dengan perkembangan jaringan yang semakin cepat berkat penerapan LTE.

Thomas Jul, Presiden Direktur Ericsson Indonesia dan Timor Leste mengatakan, "Kami melihat bahwa LTE akan menjadi lebih dominan di seluruh dunia pada tahun 2018 dan kami juga melihat ini terjadi di Indonesia. Pada tahun 2016, hanya ada 10% dari jumlah pelanggan LTE di Indonesia dan kami proyeksikan akan menjadi 65% pada tahun 2022. Di kawasan  Asia Pasifik (APAC) secara lebih luas, LTE akan mewakili 55 persen dari keseluruhan pelanggan seluler pada akhir tahun 2022. Lebih lanjut, kawasan Asia Pasifik ini akan memimpin penyebaran global 5G, yang akan mencakup 10 persen dari jumlah pelanggan di kawasan ini pada tahun 2022. Pada tahap awal, ini akan dimulai di Korea Selatan pada tahun 2018, diikuti oleh Jepang dan China pada tahun 2020."

Beberapa poin penting atau highlight dari Ericsson Mobility Report meliputi:

  • Menyediakan internet bagi semua: Jaringan seluler telah memberikan layanan suara dan juga layanan internet untuk miliaran orang di seluruh dunia selama 25 tahun terakhir. Meskipun demikian, lebih dari 50 persen populasi dunia masih belum memiliki akses internet. Cara yang paling hemat biaya untuk mendatangkan lebih banyak orang secara online adalah dengan memanfaatkan infrastruktur jaringan seluler yang ada. Namun, tantangan utama dalam menghubungkan yang belum terhubung lebih bergantung pada keterjangkauan, literasi, dan penyediaan layanan yang relevan – dibanding ketersediaan teknologi
  • Optimalisasi jaringan melalui analitik: Operator broadband seluler menghadapi tekanan komersial dan teknis untuk terus meningkatkan layanan mereka. Seiring kebutuhan akan peningkatan kinerja, begitu pula tingkat percepatan upgrade dari perangkat lunak aplikasi jaringan dan optimalisasi jaringan. Operator DTAC di Thailand mampu menjawab tantangan ini dengan menerapkan analitik untuk memperbaiki dan mempercepat optimalisasi jaringan.
  • Cakupan IoT besar di perkotaan: Rentang luas layanan Internet of Things (IoT) disambut dengan baik di perkotaan. Konektivitas indoor atau dalam ruangan telah menjadi kebutuhan utama dari layanan ini. Simulasi atas skenario layanan IoT berskala besar yang realistis menunjukkan bahwa hingga 99% perangkat yang berada dalam ruangan dapat dicapai dengan teknologi seluler baru untuk IoT.
  • Pengoperasian kendaraan jarak jauh dengan 5G: Dalam waktu dekat, pemandangan berupa bus tanpa supir berjalan di jalanan kota akan menjadi biasa. Langkah utama untuk memperkenalkan bus yang digerakkan secara otonom pada sistem transportasi adalah pengembangan kemampuan pemantauan dan pengendalian jarak jauh, yang akan membantu menjamin keamanan.

Laporan ini, yang dapat diakses di https://www.ericsson.com/en/mobility-report, memberikan data forecast atau perkiraan, analisis, dan wawasan tentang trafik, jumlah pelanggan dan perilaku konsumen yang terperinci. Laporan ini mencakup pasar di Negara maju dengan teknologi broadband seluler terbaik di dunia, serta beberapa Negara berkembang yang baru-baru ini meluncurkan penerapan teknologi LTE yang secara cepat mampu meningkatkan kualitas layanan seluler mereka.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER