Selasa, 19 Maret, 2024

Lira Anjlok, Nasdem Pastikan BI dan OJK Stabilkan Makro Ekonomi Indonesia

MONITOR, Jakarta – Pada perdagangan Senin (13/8), rupiah terpukul karena merosotnya lira Turki, sehingga ditutup di level Rp 14.610 per dolar AS. Kemungkinan besar rupiah masih akan tertekan pada perdagangan hari ini, ditambah lagi dengan sentimen negatif dari membengkaknya defisit transaksi berjalan.

Sekjend Partai Nasional Demokrat (NasDem) Jhonny G Plate angkat bicara terkait persoalan ekonomi yang terjadi di Turki itu. Ia mengatakan, jenis makro ekonomi Turki dan Indonesia jelas pasti berbeda.

“Tata kelola hutang luar negeri Indonesia dan Turki beda, yang pasti tata kelola hutan Indonesia dilakukan prudence dan sesuai UU, setiap tahun anggaran defisit APBN kita jauh di bawah 3 persen sebagaimana yang dibolehkan UU,” kata Jhonny di Hotel Oria, Jakarta Pusat, Selasa (13/8).

“Bahkan APBN 2018 defisit anggaran kita hanya 2,12 persen dari GDP dan APBN 2019 dalam rencana di bawah 2 persen, 1,8 persen. Akumulasi hutan sekitar 30 persen dari GDP jauh berbeda dari turki,” ungkapnya.

- Advertisement -

Selain itu, menurutnya, faktor lain di mana Turki telah mengalami tekanan mata uang karena kebijakan AS trade barrier atau perang dagang dengan menerapkan tarif impor 20 persen untuk besi dan 40 persen untuk alumunium.

Dengan begitu, apabila melihat fenomena pergerakan ekonomi tersebut, maka sejumlah lembaga otoritas fiskal akan bergerak cepat. seperti BI dan OJK akan memastikan kesetabilan makro ekonomi negara Indonesia.

“Turki mengalami tekanan mata uang karena kebijakan AS trade barrier atau perang dagang. Saat ini tentu otoritas fiskal, makro, BI dan mikro OJK sudah mengambil langkah kebijakan untuk memastikan makro ekonomi Indonesia terjaga dengan baik,” pungkas Jhonny.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER