Jumat, 29 Maret, 2024

Ekspor Naik 12 Persen, Industri Mainan jadi Andalan

MONITOR, Jakarta – Industri mainan menjadi salah satu sektor manufaktur andalan di Indonesia karena berorientasi ekspor. Untuk itu, kinerja sektor ini tengah dipacu guna memperbaiki struktur ekonomi nasional yang sedang mengalami defisit neraca perdagangan.

“Pemerintah saat ini sangat mendorong industri yang produknya berorientasi ekspor. Apalagi dalam kondisi perekonomian dunia yang juga sedang melambat, kita jangan hanya fokus pada pasar domestik,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto usai meresmikan Peluncuran Batik Barbie yang diproduksi oleh PT. Mattel Indonesia, di Jakarta, Selasa (2/10).

Kementerian Perindustrian mencatat, industri mainan mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan melalui sumbangan dari nilai ekspor pada tahun 2017 yang mencapai USD302,42 juta atau naik 11,84 persen dibanding capaian tahun 2016 sebesar USD270,36 juta.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto usai meresmikan Peluncuran Batik Barbie yang diproduksi oleh PT. Mattel Indonesia, di Jakarta.

“Pemerintah telah membuat beberapa kebijakan yang dapat mendorong ekspor, di antaranya adalah pemberian insentif fiskal untuk industri melalui program Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE),” tutur Menperin.

- Advertisement -

Selain itu, peran penting industri mainan di dalam perekonomian, tercatat dari nilai produksi yang mencapai Rp10,7 triliun dengan kapasitas sebesar 4.575 ton pada tahun 2017. Kemudian, di tahun lalu juga, nilai investasi industri mainan bisa menembus hingga Rp410 miliar dan sampai saat ini jumlah tenaga kerja yang mampu diserap sebanyak 23.116 orang.

“Melalui PT Mattel Indonesia, kita punya produsen mainan yang telah menguasai pasar global. Untuk boneka merek Barbie, enam dari 10 yang beredar di dunia itu dihasilkan dari perusahaan tersebut. Sedangkan, mobil mainan Hot Wheels, dua dari 10 produk yang ada di dunia merupakan buatan anak bangsa kita,” paparnya.

Apresiasi lainnya diberikan kepada PT Mattel Indonesia karena perusahaan ini menyerap tenaga kerja sebanyak 10 ribu orang dengan nilai ekspor dalam kurun lima tahun terakhir rata-rata di atas USD150 juta per tahun.

“Tentunya kinerja ini sudah sejalan dengan kebijakan Bapak Presiden Joko Widodo dalam memacu industri nasional yang padat karya berorientasi ekspor,” jelas Airlangga.

Oleh karena itu, Menperin menyambut baik inisiatif dan kesediaan PT. Mattel Indonesia untuk menjadi lighthouse project bagi produsen mainan di dalam negeri.

“Kami optimis, dengan implementasi Industri 4.0 seperti yang dilakukan PT. Mattel Indonesia, maka Indonesia dapat mencapai top 10 ekonomi global pada tahun 2030 melalui peningkatan ekspor netto hingga 10 persen dari PDB serta peningkatan produktivitas melalui adopsi teknologi dan inovasi,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Airlangga menyampaikan, pihaknya terus aktif mempromosikan batik agar menjadi bagian kebutuhan masyarakat untuk berbagai aspek kehidupan. Jadi, tidak hanya digunakan sebagai pakaian resmi, batik juga dapat dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan ekonomi.

Untuk itu, Kemenperin terus berupaya melestarikan batik sebagai warisan bangsa yang telah diakui oleh UNESCO sejak 2 Oktober 2009 sebagai Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity.

“Industri batik nasional memiliki daya saing yang kompetitif di pasar internasional. Indonesia juga menjadi market leader yang menguasai pasar batik dunia sehingga berkontribusi signifikan terhadap perekonomian,” tuturnya.

Kemenperin mencatat, keunggulan industri batik nasional terlihat dari capaian nilai ekspor sebesar USD58,46 juta pada tahun 2017 dengan tujuan pasar utama ke Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa. Bahkan, potensi perdagangan produk pakaian jadi di dunia yang mencapai USD442 miliar, menjadi peluang besar bagi industri batik dalam negeri untuk semakin meningkatkan pangsa pasarnya mengingat batik sebagai salah satu bahan baku produk pakaian jadi.

Selanjutnya, selain mampu menyumbang devisa negara dari ekspor, industri batik berperan penting pula dalam membuka lapangan kerja. Sektor yang didominasi oleh para pelaku industri kecil dan menengah (IKM) ini mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 600 ribu orang dari 56 ribu unit usaha yang tersebar di seluruh Indonesia, berdasarkan data Dharma Pusaka.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER