Selasa, 19 Maret, 2024

Menteri Amran: Biodisel B-100 sudah jadi Kenyataan

MONITOR, Sukabumi – Kementerian Pertanian (Kementan) di bawah komando Andi Amran Sulaiman berhasil memproduksi bahan bakar Biodisel B-100 atau 100% Biosolar. Biodiesel B-100 adalah satu bahan bakar yang tidak lagi menggunakan minyak berbasis fosil tapi dari yang lebih terbarukan seperti jagung, kelapa sawit atau lainnya.

“Impian Indonesia ciptakan biodisel terwujud, dari CPO (Crude Palm Oil -red) menjadi B100. Harapan Bapak Presiden, Kementan yang pertama wujudkan. Ini bahan bakar 100 persen CPO. Bioful yang 100 persen dari CPO, dengan rendemennya 87 persen. Semua tidak ada campuran,” demikian ungkap Amran saat meninjau Balai Penilitian Tanaman Industri Penyegar, Badan Litbang Pertanian Kementan, tempat pembuatan B100 di Sukabumi, Kamis (21/2).

“B100 ini inovasi dari Badan Litbang Pertanian. Ingat ini B100 bukan B20 atau B30,” sambung Amran.

Amran menjelaskan bahan bakar B100 ini memiliki keunggulan yakni lebih efisien 40 persen dibanding bahan bakar fosil. Faktanya dengan menggunakan bahan bakar fosil sepert solar, 1 liternya hanya dapat menempuh jarak 9,4 kilometer. Sedangkan dengan menggunakan B-100 dapat menempuh jarak 13 kilometer per liter.

- Advertisement -

Selain itu, penggunaan B100 pun lebih murah, ramah lingkungan dan dapat mensejahterakan petani sawit serta dengan menggunakan B100 dapat menghemat devisa. Karenanya, adanya B100 ini dipastikan dapat memperkuat negeri tercinta.

“Kita punya CPO 38 juta ton. Kita ekspor 34 juta ton. Bisa bayangkan kita bisa menghemat berapa triliun. Ini adalah energi masa depan indonesia.

Ke depan, lanjut Amran, B100 ini akan diproduksi untuk digunakan masyarakat umum. Namun demikian, hal ini membutuhkan waktu dan kerja keras dan bersama semua pihak.

“Kita optimalkan CPO. Produksi CPO kita 46 juta per tahun. Kita yang mensuplay dunia. Kita ekspor 34 juta,” terang Amran.

Pada kunjungan ini, Peneliti Utama Bidang Ekofisiologi Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar Kementerian Pertanian, Prof. Dr Dibyo Pranowo mengatakan dari seluruh analisis, hanya satu determinan yang perlu di kaji kembali, yaitu karbon residu yang dihasilkan dari B100 CPO Sawit. Sedangkan 19 determinan lainnya sudah lolos uji.

“Sampai sekarang ini sudah memproduksi hampir 2 Ton dengan menggunakan Reaktor Biodiesel ciptaan sendiri. Produksi ini merupakan penyempurnaan parameter dengan metode Dry Oil,” jelasnya.

“Dalam 1 bulan ini, percobaan telah dilakukan dengan pengaplikasian B100 CPO Sawit untuk bahan bakar kendaraan. Kendaraan yang dipergunakan adalah Hilux,” pinta dia.

Dibyo menyebutkan kendaraan Double Cabin yang sudah menempuh jarak 1.600 km menggunakan bahan bakar B100 CPO Sawit. Tidak lama lagi, setelah 2.000 km akan membongkar mesin kendaraan tersebut untuk meneliti karbon residu yang ditimbulkan.

“Ada beberapa bahan Biodisel, misalkan dari kemiri sunan, nyampulung, pongamia, kelapa, kemiri sayur, termasuk dari biji karet,” sebutnya.

Saat di tanya kenapa CPO Sawit menjadi yang utama, Dibyo menjelaskan penggunaan CPO Sawit merupakan yang terbaik sampai saat ini. Pasalnya, di lihat dari skala jumlah industri sawit yang sudah siap dan juga pasokan yang melimpah.

“Teknologi B100 menjadi teknologi bahan bakar terbaru yang akan menjadi alternatif untuk Indonesia di masa depan. Pemerintah berusaha mendorong hal ini melalui Kementerian Pertanian,” pungkasnya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER