Kamis, 28 Maret, 2024

Jonan Pastikan Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau Berfungsi Maksimal

MONITOR, Serang – Sejak ditetapkan menjadi level III (SIAGA) pada 27 Desember 2018, aktivitas Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda terus dipantau secara intensif oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi Kementerian ESDM.

Menteri ESDM Ignasius Jonan menyampaikan bahwa peningkatan status ini didasarkan pada hasil pengamatan dan analisis data visual maupun instrumental. “Perkembangan setiap menit dipantau dari sini,” jelas Jonan saat melakukan inspeksi di Pos Pengamatan Gunungapi Anak Krakatau Desa Pasauran, Kec. Cinangka, Kab. Serang Provinsi Banten, Jumat (28/12). Jarak pos pengamatan dengan Gunungapi Anak Krakatau sekitar 42 km.

“Masyarakat tidak diperbolehkan mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius 5 km dari kawah. Saat hujan abu turun, masyarakat agar mengenakan masker dan kacamata bila beraktivitas di luar rumah,” ungkap Jonan.

Kunjungan Menteri Jonan ke Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau ini untuk memantau bahwa alat-alat berfungsi dengan baik dan maksimal sekaligus memberikan spirit kepada petugas jaga di Pos Pengamatan ini.

- Advertisement -
Menteri Jonan saat melakukan inspeksi di Pos Pengamatan Gunungapi Anak Krakatau Desa Pasauran, Kec. Cinangka, Kab. Serang Provinsi Banten

Peralatan yang tersedia di pos pengamatan antara lain berupa penunjuk arah mata angin untuk memonitor pergerakan abu vulkanis, CCTV untuk memantau secara visual gunung, infrasonik dan seismograf sebanyak 2 buah dengan dua jenis keakuratan yang ditempatkan di Pulau Sertung.

Sementara seismograf yang terletak di Pulau Gunung Anak Krakatau terdampak aktivitas vulkanik tanggal 22 Desember 2018, akan segera dipasang lagi di 2 titik di pulau sekitar Gunung Anak Krakatau menunggu kondisi cuaca dan aktifitas gunung api yang memungkinkan. Seismograf tersebut mengalami 3 kali pergantian sejak meningkatnya aktifitas gunung Anak Krakatau Juli 2018 karena beberapa kali terkena dampak erupsi.

Jonan menjelaskan, aktivitas Gunung Anak Krakatau yang besar sekitar bulan September lalu, dibandingkan dengan bulan Desember ini relatif lebih kecil sekitar seperempatnya.

Terkait jalur penerbangan masih bersifat aman, ketinggian abu sekitar 500-700 meter sedangkan penerbangan 5000-10.000 meter.

“Kementerian ESDM akan terus berkordinasi dengan BPPT, LIPI dan BMKG untuk mempelajari tsunami kemarin akibat karena apa saja. Terkait sharing pengetahuan dan informasi, termasuk dengan negara-negara lain seperti Amerika, Jepang, Perancis, karena kegeologian bersifat global,” tambah Jonan.

Di Pos Pengamatan ini, Kepala Badan Geologi Rudy Suhendar menyampaikan bahwa sebanyak 6 orang, termasuk vulkanologis dan teknisi dikirim dari Bandung. Menginggat kondisi Krakatau berstatus siaga sehingga diperlukan perhatian lebih.

“Kondisi sekarang masih ada letusan dan beberapa kali tremor yang terpantau dari seismograf yang dipasang di Pulau Sertung,” ungkap Rudy.

Saat ini, Gunung Anak Krakatau mempunyai elevasi tertinggi 338 meter dari muka laut (pengukuran September 2018). Karakter letusannya adalah erupsi magmatik yang berupa erupsi eksplosif lemah (strombolian) dan erupsi efusif berupa aliran lava.

Pada tahun 2016 letusan terjadi pada 20 Juni 2016, sedangkan pada tahun 2017 letusan terjadi pada tanggal 19 Februari 2017 berupa letusan strombolian. Sejak tanggal 29 Juni 2018, Gunung Anak Krakatau kembali mengeluarkan letusan hingga tanggal 22 Desember berupa letusan strombolian.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER