Jumat, 19 April, 2024

Bandung Techno Park Diklaim Tumbuhkan Wirausaha Industri Digital

MONITOR, Bandung – Kementerian Perindustrian memfasilitasi pembangunan Bandung Techno Park (BTP) sebagai salah satu pusat riset dan inovasi industri digital di Tanah Air seperti sektor elektronika dan telematika. Langkah ini diharapkan mampu membentuk sebuah kawasan ekosistem bagi pengembangan sektor strategis tersebut agar lebih berdaya saing global dan siap menghadapi era Industry 4.0.

“BTP dapat menjadi sebuah industrial cluster bagi generasi muda kita. Apalagi berbagai perusahaan multinasional di bidang elektronika dan telematika bisa bergabung di sini. Kami berharap pula bisa melahirkan wirausaha industri digital,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada Peresmian Gedung BTP di Bandung, Jawa Barat, Selasa (16/1).

Pembangunan BTP yang terdiri dua gedung ini dimulai sejak tahun 2015 di atas lahan seleuas 2.800 m2. Adapun produk unggulan BTP yaitu bus billing, detektor polusi, KWH meter, touchboard, volume detector, agriculture system information management, IP phone, dan USB Key. BTP juga menginisiasi kerja sama dengan electronic and telecommunication research institute (ETRI) Korea, Industrial Technology Research Institute (ITRI) Taiwan, dan HUAWEI.

Menurut Menperin, setelah pembangunan fisik BTP, perlu dilakukan link and match dengan startup luar negeri serta kolaborasi dengan Tsinghua University dari China dan Institute of Technical Education (ITE) dari Singapura. “Kedua universitas itu punya akses langsung ke Silicon Valley. Jadi, ekosistem harus dipacu dan investor bisa memilih dari beberapa pool of talent,” jelasnya.

- Advertisement -

Pemerintah memproyeksikan Indonesia akan menjadi negara ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2020 dengan menargetkan 1.000 technopreneur, valuasi bisnis mencapai USD100 miliar, dan total nilai e-commerce sebesar USD130 miliar. “Backbone-nya research center yang aplikatif, seperti Techno Park ini,” ujar Airlangga.

Selain di Kota Kembang, menurut Menperin, pihaknya juga telah membangun Techno Park di wilayah lain seperti TohpaTI Center di Denpasar, Inkubator Bisnis IKITAS di Semarang, Makassar Techno Park di Makassar, dan Pusat Desain Ponsel di Batam.

“Ini merupakan wadah penghubung antara pihak akademisi, industri dan pemerintah yang dapat menumbuhkan dan membina startup dalam negeri di bidang teknologi informasi dan komunikasi, terutama animasi, software, dan games,” sebutnya.

Airlangga menyampaikan, Kemenperin telah memetakan lima subsektor industri yang akan menjadi penggerak utama dalam menerapkan sistem Industry 4.0. Selain industri elektronika, empat manufaktur lainnya adalah industri makanan dan minuman, tekstil, otomotif, dan kimia.

“Potensi dari kelima industri tersebut, di antaranya mampu menyumbang sebesar 70 persen terhadap PDB manufaktur, kemudian sekitar 60 persen untuk kontribusi ekspor manufaktur dan 65 persen pada penyerapan tenaga kerja sektor industri,” ungkapnya.

Kemenperin tengah menyusun peta jalan Industry 4.0, di mana kunci penting bagi fondasi industri di Indonesia adalah penggunaan artificial intelligence, internet of things, wearable gadgets, advance robotics dan 3D printing.

“Artinya, implementasi Industry 4.0 itu menjadi masa depan bagi industri kita. Karena penerapannya akan meningkatkan produktivitas dan menekan biaya, yang tentunya akan sangat menguntungkan bagi industri nasional,” tegas Menteri Airlangga.

Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Harjanto menjelaskan, sektor telematika menjadi salah satu pilar pembangunan industri nasional. Oleh karena itu, dalam kebijakan Kemenperin jangka menengah (tahun 2015-2019), pembangunan Techno Park sebagai wujud program rencana aksi tersebut.

“Dari 23 Techno Park yang resmi menjadi program prioritas pemerintah, lima di antaranya berada di bawah pembinaan Ditjen ILMATE Kemenperin,” ujarnya. Menurut Harjanto, kegiatan di Techno Park, antara lain untuk menciptakan inovasi produk dan pengembangan sumber daya manusia (SDM) industri elektorika dan telematika.

“Intinya adalah memfasilitasi sebagai startup development center, research and business development, data center, training and certification center, serta mitra industri. Sehingga nantinya menjadi mandiri dan dapat bersaing dengan industri lain yang sudah mapan,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Techno Park ini mampu mendukung pelaksanaan program pendidikan vokasi link and match yang diinisiasi oleh Kemenperin. “Pada tahun 2017, Ditjen ILMATE telah memfasilitasi pelatihan 540 orang di Bandung, Denpasar, Semarang, Surabaya, Malang, Jakarta, Batam, Makassar dan Pondok Pesantren Nurul Iman di Bogor,” papar Harjanto.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER