Rabu, 17 April, 2024

Nama Baru Bermunculan, Pasangan Herman Deru-Mawardi Yahya dinilai Makin Kuat

MONITOR, Palembang – Sehari menjelang dibukanya pendaftaran pasangan bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur Pemilihan Kepala Daerah Provinsi Sumatera Selatan (Pilkada Sumsel) 2018, beredar nama-nama kandidat baru yang sebelumnya jarang disebut-sebut. Mereka adalah Yudha Pratomo Mahyuddin yang akan menjadi bakal calon wakilnya Ishak Mekki dan Iskandar Sahil yang akan menjadi bakal calon wakilnya Aswari Riva’i. 

Dengan munculnya dua nama baru tersebut maka kemungkinan besar Pilkada Sumsel 2018 akan diikuti empat paslon yakni pasangan Herman Deru – Mawardi Yahya yang diusung oleh gabungan partai politik PAN, Nasdem dan Hanura. Kemudian pasangan Dodi Reza Alex – Giri R Kiemas yang diusung oleh gabungan partai politik PDIP, Golkar dan PKB. Lalu Ishak Mekki – Yudha Pratomo Mahyuddin yang diusung oleh gabungan partai politik Demokrat, PPP dan PBB. Terkahir, pasangan Aswari Riva’i – Iskandar Sahil yang akan diusung gabungan partai politik Gerindra dan PKS.

Menanggapi hampir pastinya formasi peserta pilkada tersebut, peneliti politik dari Lembaga Survei Politik Indonesia, Rachmayanti Kusumaningtyas menilai munculnya dua nama baru yang menggeser dua kader PDI Perjuangan yaitu Eddy Santana Putra dan Irwansyah merupakan konsekuensi politik dari keputusan PDI Perjuangan yang merekom Giri Ramanda Kiemas. 

Menurut Rachmayanti, tidak mungkin partai merekom tiga kadernya beradu di satu pilkada. Menurutnya dari sisi etika politik, tidak majunya Eddy Santana dan Irwansyah di pilkada Sumsel kali ini adalah kontribusi etis yang patut dihargai. 

- Advertisement -

“Tentu pada akhirnya Ishak Mekki dan Aswari Riva’i harus cari pendamping baru. Karena sempitnya waktu, sangat mungkin dipilihnya pendamping baru ini tidak terlalu memperhitungkan faktor vote getter atau bukan,” ujarnya kepada wartawan saat hadir mengamati deklarasi pasangan calon Herman Deru – Mawardi Yahya di Benteng Kuto Besak, Kota Palembang, Minggu (7/1).

Rachmayanti Kusumaningtyas menyatakan, masuknya nama Yudha Mahyuddin dan Iskandar Sahil secara elektoral tidak memberi bobot elektabilitas yang berarti. Itu karena keduanya tidak punya popularitas dan elektabilitas yang memadai, hal itu tergambar dari berbagai survei yang dirilis ke publik maupun dapat diakses datanya. 

“Yudha Mahyudin malah lebih dikenal sebagai bakal kandidat pilwako Palembang dan punya jargon Palembang Maju. Sementara jargon Sumel Maju telah dimiliki pasangan Herman Deru – Mawardi Yahya,” tambah perempuan yang biasa disapa Rachma itu.

Adapun terkait sosok Iskandar Sahil, Rachma menilai dari berbagai survei, namanya selalu berada di level bawah. Elektabilitasnya lebih kecil dari batas margin error survei itu sendiri. Karenanya menurut Rachma, Ishak Mekki dan Aswari Riva’i tidak punya pilihan lain kecuali berkampanye massif untuk mengenalkan diri dan pasangannya sekaligus menawarkan program yang berbeda dari yang lain. 

“Jika tidak ada diferensiasi agak sulit bagi kedua paslon ini, karena isu status quo lebih diklaim oleh paslon Dodi – Giri dan isu perubahan lebih terklaim oleh paslon Deru – Mawardi,” ujarnya.

Saat ditanya mengenai peta kekuatan 4 paslon yang ada, Rachmayanti menyatakan pasangan Herman Deru – Mawardi Yahya masih yang terkuat. Pada survei Desember 2017, pasangan ini memiliki elektabilitas di kisaran 34 persen, jauh di atas pasangan Dodi Reza Alex – Giri Ramanda Kiemas yang berada di kisaran 20 persen. Sementara Ishak Mekki dan Aswari Riva’i keduanya berasa di bawah 10 persen.

“Sisa waktu satu semester sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk mendongkrak elektabilitas, syaratnya harus turun berkampanye secara sistematis massif dan harus punya jaringan sampai ke tingkat TPS. Paslon yang bergerak hanya di media massa dan sosial media akan bisa disalip, bisa dikalahkan oleh paslon yang berkampanye di akar rumput secara massal,” pungkasnya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER