Selasa, 16 April, 2024

Unggah Video Buang Cabai Afkir, Pedagang Ini Ngaku Khilaf dan Minta Maaf

MONITOR, Garut – Peristiwa pembuangan cabai ke sungai yang terjadi di Kecamatan Malangbong, Garut, Jawa Barat kemarin, Selasa (26/2) ternyata bukanlah cabai segar hasil panen sebagai bentuk protes terhadap harga cabai yang turun. Namun demikian, berdasarkan hasil penelusuran, cabai tersebut merupakan cabai keriting afkir hasil sortasi sebelum dikirim ke pasar.

Hal ini diungkapkan pelaku utama yakni Deni Setiawan yang notabenenya pedagang, bukan petani dalam video permohonan maafnya, Rabu (27/2).

Deni merupakan pedagang atau pengepul cabai asal Desa Bumi Asih, Kecamatan Kadipaten, Tasikmalaya yang bermitra dengan petani cabai di Garut. Ia mengaku aksi spontan membuang cabai tersebut sengaja diviralkan di media sosial. Oleh karenanya, ia menyampaikan permohonan maafnya atas perbuatan buang cabai afkir kepada pemerintah, seluruh masyarakat, khusunya kepada petani cabai.

Aksi Buang Cabai Afkir

“Nama saya Deni Setyawan, desa Bumi Asih Kecamatan Kadipaten Kabupaten Tasikmalaya pekerjaan sebagai pedagang pengepul cabai dan bermitra di wilayah garut. Aksi membuang cabai adalah spontanitas dan bersama ini dengan menyesali perbuatan saya, saya minta maaf dan berjanji tidak akan membuang cabai rusak ini lagi,” ucap Deni.

- Advertisement -

Akan hal ini, Deni menyadari perbuatannya telah menyinggung publik dan para petani cabai. Untuk itu, dia siap menjalani proses hukum bila ini melanggar UU terkait menyampaikan pendapat di muka umum.

“Sebenarnya cabai yang dibuang seperti ini jenis BS apkir tidak laku di pasar, sedangkan jenis cabai bagus dipasarkan hingga ke sumatera Rp 10.000 per kg. Saya khilaf bahwa cabai BS atau apkir sejenis ini bisa dikeringkan atau diolah menjadi bubuk atau sejenisnya. Sekali lagi saya mohon maaf atas kejadian tidak etis dan tidak sopan ini,” sebutnya.

Sumarna, salah satu petani champion cabai Garut membenarkan adanya aksi konyol tersebut. Namun demikian, cabai yang dibuang bukan cabai segar, tetapi cabai BS atau afkir hasil sortasi yang memang sudah tidak laku dijual, karena rusak campur busuk.

“Biasanya yang bagus kita tampung dan didistribusikan untuk pasar wilayah Sumatera. Harganya bagus di sana. Alhamdulillah pasokan dan distribusi sampai saat ini juga masih lancar,” jelasnya.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Beni Yoga Gunasantika, juga mengaku ragu aksi spontanitas buang cabai tersebut dilakukan petani dan merupakan cabai segar. Terbukti, dari hasil pengecekan langsung di lapangan, hal tersebut bukan cabai yang bagus dan segar dan dilakukan pedagang dan mitranya secara tidak sengaja.

“Memang benar ada video aksi buang cabai di sungai oleh bandar cabai, tetapi kejadian itu sebenarnya bukan di wilayah Garut. Kami sudah dicek langsung di lapangan, itu aksi spontan dan khilaf, bukan disengaja. Inisiatifnya dari pedagang sendiri. Kalau petani mitra si bandar yang ikut-ikutan melakukan aksi buang cabai memang dari Garut, dari Desa Barudua Malangbong. Pedagangnya sendiri asalnya dari Tasik,” ungkap Beni.

Beni menegaskan justru para petani yang sudah bermitra dengan champion atau industri, mendapat harga yang jauh lebih tinggi yakni dua kali lipat. Kedepannya, kejadian seperti ini tidak perlu terulang.

“Kita harus bisa berkomunikasi dan menyampaikan pendapat secara benar dan tepat. Tak perlu lah cari sensasi buang-buang cabai,” tegasnya.

Terpisah, Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Moh Ismail Wahab meminta para petani cabai tidak terprovokasi dan menjaga adab saat menyampaikan aspirasinya. Pasalnya, harga cabai rendah bukan berarti harus disikapi dengan putus asa.

“Apalagi sampai membuang cabai, itu perbuatan mubazir. Ini komoditas strategis nasional, selayaknya juga memerlukan pemikiran dan ide kreatif dan konstruktif,” terangnya.

Ismail menegaskan Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan sangat intens mendorong hilirisasi industri olahan, membuka pasar lelang, dan membentuk koperasi untuk memperkuat daya jual cabai.

“Itu kuncinya kalau kita ingin harga cabai bisa lebih stabil dan menguntungkan petani maupun konsumen,” tutupnya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER