Jumat, 29 Maret, 2024

Tahun Politik, Kritik Secara Santun dan Berbasis Data Demi Keutuhan NKRI

MONITOR, Jakarta – Pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak belakangan ini menyita perhatian publik. Pasalnya, tak sedikit calon kepala daerah (cakada) terindikasi bahkan terbukti terlibat persoalan hukum seperti korupsi. Tak heran, fenomena tersebut mengakibatkan masyarakat berang dan kehilangan kepercayaan pada calon kepala daerah.

Melihat fenomena ini, tokoh Budayawan Betawi Ridwan Saidi memprediksi kemungkinan besar Pilkada di Indonesia bisa berjalan mulus, atau justru sebaliknya. Ini akibat banyaknya jumlah cakada yang terjerat perkara hukum. 

“Karena indikasinya banyak calon kepala daerah di pilkada akan ditangkap karena terbelit korupsi. Peringatan tersebut juga sudah dilontarkan KPK, dalam keadaan begini kita susah bicara pilkada,” ujar Ridwan dalam keterangannya, Minggu (1/4).

Ridwan yang dulunya merupakan anggota DPR fraksi PPP ini mengatakan, apabila penyelengaraan pilkada ini berpotensi terjadi gangguan, ia tetap menegaskan bahwa NKRI harus tetap Berdiri, hal tersebut juga untuk menepis Prediksi ramalan 2030.

- Advertisement -

“Yang harus kita pikirkan, NKRI harus tetap tegak jangan seperti diramalkan oleh sebuah novel fiksi. Negara Harus ditata ulang, konsep mengenai pembangunan, dan rekrutmen kepemimpinan harus kita evaluasi pasca reformasi, karena pemilu kita lebih banyak sisi komersialnya dari pada mencari figur pemimpin yang ideal,” tukas dia.

Untuk menjaga keutuhan NKRI jelang perhelatan pilkada, Ridwan mengajak masyarakat Indonesia utamanya kalangan umat Islam, yang ia sebut sebagai kaum mayoritas untuk ikut andil dalam mewujudkan situasi damai. Baginya, ini langkah penting untuk mencegah kemungkinan-kemungkinan berbahaya seperti perpecahan dalam menghadapi kontenstasi pesta demokrasi.

Apalagi menurutnya, dalam kondisi saat ini laju ekonomi Indonesia tengah lesu, ditambah kelangkaan dan mahalnya kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. “Nah bagaimana posisi umat Islam disini yang secara ekonomi belum maksimal, Oleh karena itu, apapun yang berlaku dengah situasi ini, semuanya damai-damai saja,” serunya dengan santai. 

“Jadi pesan babe nggak usah khawatir. Yang kedua kita berharap, kita damai-damai sajalah melihat kepentingan bangsa yang luas ini. Namun, kita juga gak boleh sampai ramalan 2030 jadi bener, jangan sampai itu terjadi. Mari kita berfikir sebaik-baiknya untuk Indonesia, karena bagaimanapun juga bulan-bulan kedepan apalagi menghadapi puasa semua barang kebutuhan pokok mahal,” imbuh Ridwan.

Isu Hoax, Pilkada dan Pesan Kebhinekaan

Bagi Ridwan Saidi, bukan hal asing lagi mengenai maraknya isu hoax ataupun ujaran berbau SARA pada penyelenggaraan pilkada. Kendati isu hoax ini merajalela, ia masih optimis jika fenomena ini bisa dikikis melalui kesadaran setiap individu masyarakat. 

Misalnya, kata dia, setiap individu harus memiliki data yang akurat sebelum melontarkan kritikan. Selain itu, budaya crosscheck harus selalu diutamakan dalam memilah-milih sebuah informasi. Hal ini agar tidak menyesatkan pihak yang menerima informasi lanjutan.

“Ya nomor satu, kita belajar punya data dulu dong sebelum kritik. Kalau ada datanya, ya sampaikan saja. Harus ada data dulu. Kalau nggak bisa bikin repot, kritik juga harus disampaiakan secara santun karena akar peraban kita seperti itu. Kalau kita cuma cari heboh (sensasi) aja kasian masyarakat. Udah keadaan ekonomi susah ditambah heboh terus menerus,” celoteh pria asal Jakarta ini.

Alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia ini juga mengingatkan, perbedaan agama di beberapa daerah harus bisa dijadikan landasan masyarakat untuk saling menghargai semangat peradaban serta kebhinekaan. Apalagi, agama dia katakan sebagai ukuran, atau benteng untuk menangkal hoax.

“Begini ya, kalau jaman dulu saya lihat itu kan apresiasi orang-orang terhadap agama. Maksudnya saya agama adalah pilihan masing-masing. Begini di daerah-daerah juga gak ada menyoal masalah perbedaan. Nah itulah kita hormati saja pilihan masing-masing. Agama adalah ukuran. Jadi sendirinya dia menolak hoax. Sebagai benteng terhadap hoax,” ungkapnya mengakhiri obrolan.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER