Jumat, 19 April, 2024

Temuan Ombudsman terkait Maladministrasi Data Beras Dinilai Bikin Kegaduhan Baru

MONITOR, Jakarta – Ombudsman Republik Indonesia merilis temuan berkaitan dengan pengelolaan data persediaan beras dan kebijakan impor beras.

Dari temuan tersebut dikatakan bahwa ada enam gejala maladministrasi diantaranya ditemukan pasokan beras pas-pasan dan tidak merata.

Pemerintah kemudian disarankan untuk menghentikan kegiatan membuat opini soal beras surplus dan kegiatan perayaan panen yang berlebihan.

Pengamat kebijakan publik, Muh. Syaifullah mengatakan apa yang disampaikan Ombudsman tersebut malah menambah kegaduhan baru yaitu data.  

- Advertisement -

"Jangan sampai data dijadikan tumpuan sumber masalah. Data kan sudah dari dulu adanya demikian. Mestinya kan fokus masalah rencana impor ini," kata Syaifullah dalam siaran pers yang diterima MONITOR, Senin (15/1).

“Mengenai adakah surplus beras ya serahkan saja pada yang kompeten.  Data yang ada digunakan maksimal untuk menghitung beras, lama waktu bila mencari data lagi. Saya yakin instansi yang bersangkutan piawai menghitungnya”, ujarnya

Lebih lanjut penulis dan peneliti dari Pusat Kajian Inovasi dan Entrepreneurship (PKIE) ini mengatakan apabila ada pihak lain yang merasa memiliki data baru untuk dikonfirmasikan kepada instansi terkait.

“Kalau begini kan saya jadi ikutan bingung. Dalam waktu singkat Ombudsman menyimpulkan stock beras pas-pasan dan menipis” Itu kayaknya stock Bulog ya?, kok terlalu sederhana hanya menghitung sebaran stock Bulog”. ujarnya

Syaifullah menambahkan stock beras banyak dan tidak hanya di Bulog, yaitu ada di petani, di penggilingan, di pedagang, di berbagai gudang, di konsumen, di horeka dan lainnya.

"Ingat Indonesia negara kepulauan, jadi so pasti lah stock beras itu bervariasi karena dikenal ada daerah sentra dan non sentra padi," ungkapnya.

“Logika saya saat ini stock tidak tipis, Buktinya survei BPS pada Maret, Juni dan September 2015, saat itu dalam kondisi musibah El-Nino terbesar, ditemukan stock berada di berbagai tempat kisaran 8 hingga 9,7 juta ton.  Dibanding kondisi sekarang iklim normal, ya pastilah stock sekarang lebih besar” jelasnya

Bukti sekarang stock berlebih adalah saat harga ini naik tinggi di atas 10 persen, tidak ada rush pada memborong beras tuh, artinya tetap ada pasokan terus mengalir  ke pasar.  

"Justru saya malah curiga ada janggal kenapa harga naik liar, sementara pasokan cukup? Harga beras termurah I^64-III di PIBC mulai tanggal 3 – 9 Januari 2018 naik liar, sementara pasokan cukup, padahal saat Natal dan Tahun Baru harga wajar” ungkapnya.

“Ini kok aneh ya. Kenapa kok merayakan panen disuruh dihentikan?, justru perayaan panen itu kan tanda syukur berkah bagi petani. Apa itu berlebihan?, Saya kira biasa-biasa saja, gak ada hal baru, dari dulu juga petani merayakan panen” pungkas Syaifullah. 

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER