Jumat, 29 Maret, 2024

80 Peneliti dari 13 Negara Bahas Bahaya Radikalisme Agama di ASEAN

MONITOR, Ciputat – Agustus ini, kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kembali dibanjiri puluhan peneliti dari berbagai negara. Bertempat di Gedung FISIP UIN, selama dua hari, dalam 23 panel terpisah, mereka membahas ancaman dan bahaya radikalisme keagamaan di Asia Tenggara.

“Jangan sampai peristiwa tragis di Marawi (Filipina) terjadi di wilayah lain, apalagi Indonesia,” demikian salah satu pesan kuat para peneliti dalam konferensi internasional yang digelar PPIM UIN Jakarta pada 8-10 Agustus 2017 ini.  

Prof. Dr. Azyumardi Azra, CBE dalam pidato dan sambutannya kepada para pembicara dan peserta, mengatakan konferensi kali ini terasa spesial karena para pembicara yang hadir merupakan pakar terkemuka dalam isu-isu keagamaan kontemporer di Indonesia dan ASEAN, seperti Prof. Imtiyaz Yusuf (Mahidol University, Thailand), Dr. Sidney Jones (Institute for Policy Analysis of Conflict, IPAC) dan Dr. Siti Ruhaini Dzuhayatin, MA (Independent Permanent Human Rights Commission/IPHRC).

“Juga, tema konferensi yang membahas gerakan keagamaan radikal bukan hanya relevan, tapi sangat penting bagi masa depan agama dan kemanusiaan di ASEAN.” Prof. Azra merupakan perintis dan Editor-in-Chief jurnal Studia Islamika sejak 1994.

- Advertisement -

Perhatian dan keterlibatan para akademisi terhadap berbagai isu keagamaan yang terjadi di kawasan ini, khususnya yang terkait dengan radikalisme agama, menjadi sangat penting, apalagi, dalam perkembangan paling mutakhir, seperti kasus di Marawi Filipina Selatan, sel-sel gerakan radikalisme agama cenderung menguat di kawasan ini.
 
Menurut Prof. Dr. Oman Fathurahman, managing editor Jurnal Studia Islamika, sejak awal berdirinya pada 1994, jurnal ini konsisten menjadi corong yang menjelaskan dinamika serta perkembangan Islam Indonesia/Asia Tenggara melalui karya yang berbasis pada penelitian. Konferensi kali ini  menghadirkan tema “Southeast Asian Islam: Religious Radicalism, Democracy, and Global Trends”, upaya Studia Islamika menghadirkan respon para akademisi dalam dan luar negeri terutama yang terkait dengan gerakan-gerakan radikal atas nama agama. “Melalui presentasi para pemakalah dan peserta Konferensi ini, diharapkan bahwa pengetahuan tentang karakter Islam Indonesia/Asia Tenggara yang multikultural, moderat (wasathiyah), dan membawa rahmatan lil ‘alamin dapat lebih dieksplorasi,” demikian menurut Profesor ahli Filologi Islam ini.

Di tempat terpisah, Dr. Saiful Umam, Direktur Eksekutif PPIM UIN Jakarta,menyampaikan pesan pentingnya isu radikalisme agama ini dicermati secara serius. “Konferensi ini merupakan bukti nyata bahwa para sarjana dan akademisi dunia sangat menaruh perhatian terhadap dan ingin berkontribusi bagi masa depan yang lebih baik di Indonesia dan ASEAN.” Konferensi seperti ini menjadi ajang para sarjana untuk berbagi perspektifnya dalam melihat dinamika dan perkembangan Islam Indonesia/Asia Tenggara, serta berdiskusi bersama untuk menemukan akar masalah dan solusi altenatifnya.  (DAD)
 

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER