Jumat, 29 Maret, 2024

Jokowi Diingatkan Jangan Sampai Salah Pilih Cawapres

MONITOR, Jakarta – Tidak kurang dari setahun menuju tahun 2019, seluruh masyarakat Indonesia dari kota sampai desa terpencil berduyun-duyun menuju TPS untuk menentukan nasib bangsa kedepan dalam perhelatan pesta demokrasi untuk memilih pemimpin di Pemilu Legislatif dan Pilpres.

Seperti diketahui, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) telah secara resmi menyatakan tetap mengusung calon petahana Joko Widodo untuk kembali berlaga dalam kontestasi Pilpres mendatang. Namun untuk dengan siapa nantinya ia didampingi masih menjadi pertanyaan besar.

Merujuk pada beberapa hasil survei yang dirilis belakangan ini, yang menjadi titik lemah dari kepemimpinan Jokowi ialah pada sektor ekonomi sehingga banyak pihak berpendapat agar mantan Gubernur DKI itu disandingkan dari kalangan ekonom seolah-olah dengan dalih untuk merebut kepercayaan masyarakat di ajang Pilpres 2019 mendatang.

Kendati begitu pendapat berbeda muncul dari Ketua Presidium Perhimpunan Masyarakat Madani (PRIMA), Sya'roni. Dia mengatakan, yang perlu diperhatikan oleh Jokowi adalah jangan sampai mengulangi kesalahan yang pernah dilakukan oleh mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ketika memilih Wakilnya Boediono yang juga dari kalangan ekonom sebagai Cawapresnya.

- Advertisement -

"Suasana kebathinan Jokowi saat ini hampir mirip dengan SBY kala itu, yakni sama-sama diliputi optimisme yang super tinggi sehingga tidak masalah disandingkan dengan siapapun, bahkan bila disandingkan dengan sandal jepit pun optimis akan tetap menang," kata Sya'roni, Jakarta, Sabtu (24/2).

Selain itu, menurutnya kala itu SBY-Boediono berhasil melewati pertarungan dalam pemilu dengan meraih kemenangan, namun selama satu periode menjabat SBY-Boediono tidak nyaman dalam menjalankan pemerintahan, sebab mereka harus dihadapkan dengan gelombang aksi demonstrasi yang menghendaki diungkapnya Boediono karena tersangkut kasus skandal bail-out Bank Century yang merugikan negara.

"Boediono yang tadinya diharapkan berkonstribusi mengangkat perekonomian nasional ternyata selama lima tahun menjadi beban SBY. Dan akhirnya pun pemerintahan SBY ditutup dengan pertumbuhan ekonomi yang menurun. Itulah akibatnya bila salah dalam memilih Cawapres," ungkap Sya’roni.

Berkaca dari pengalaman itu kata Sya'roni, Jokowi bila salah dalam memilih Cawapres juga bisa mengalami nasib yang serupa, bahkan kata dia nasib mantan Gubernur DKI ini bisa lebih tragis yakni bisa kalah dalam Pilpres 2019. Karena sejumlah survei menyatakan elektabilitas Jokowi anjlok dipicu ketidakpuasan publik terhadap pembangunan ekonomi.

"Bila Jokowi ingin didampingi oleh sosok ekonom, maka harus mencari figur baru di luar Kabinet Kerja. Karena punggawa utama tim ekonomi Kabinet Kerja sudah terbukti gagal mengerek pertumbuhan ekonomi," tandasnya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER