Sabtu, 20 April, 2024

Ganjar Ajak Borong Produk Petani untuk Jaga Harga Stabil

MONITOR, Semarang – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengajak bupati dan wali kota di wilayahnya agar memantau komoditas pangan bergejolak (volatile food). Langkah Operasi Pasar (OP) dan penyerapan produk tani oleh ASN, akan dilakukan untuk melindungi petani, serta tidak memberatkan konsumen.

Hal itu disampaikan Ganjar, saat memimpin rapat antar Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), di Ghradhika Bakti Praja, Senin (3/10/2022). Pertemuan antarinstansi dan pimpinan pemkab/pemkot ini, dilakukan untuk merespon kondisi wilayah dan dampak kenaikan harga BBM.

Menurut Ganjar, saat ini harga sejumlah komoditas sedang bergejolak. Bahkan, ada harga sayuran yang sedang anjlok, seperti tomat, sawi, dan kubis. Oleh karena itu, dia mengajak seluruh pihak turut campur dalam penstabilan harga. Secara internal, Ganjar mengerahkan ASN Pemprov Jateng, agar memborong tiga volatile food itu, guna membantu asa para petani untuk terus bertani.

“Cabe naik turun, begitu pula bawang merah, tapi sudah cukup stabil. Tapi, tiga komoditas seperti kol, tomat, sawi harganya turun drastis. Kita coba gerakkan biar petani tidak sakit-sakit amat. Kita ingin borong (produk petani) dari kita (ASN), kalau harganya saat ini Rp500 per kilogram, tapi harapan mereka (petani) bisa Rp2.000 per kilogram (sesuai harga keekonomian). Kita bangun solidaritas bersama,” ujarnya, saat memimpin rapat.

- Advertisement -

Selain itu, untuk menekan inflasi, Ganjar mengajak pemerintah daerah segera membelanjakan APBD. Ia berpesan agar ada pemantauan khusus terutama pada aplikasi SiHati (Sistem Informasi Harga dan Produk Komoditi) guna menentukan langkah intervensi yang tepat.

Ganjar juga mengajak agar pemerintah kabupaten dan pemkot melakukan langkah strategis, seperti Operasi Pasar. Hal itu dilakukan agar daya beli konsumen terjaga. Untuk melindungi petani, bisa dilakukan dengan memberi subsidi transportasi dan subsidi harga.

“Untuk menjaga (menekan) inflasi, sekarang kan APBD perubahan sudah diketuk, (disetujui), sementara murni kemarin masih ada, segera belanjakan untuk menanggulangi inflasi,” jelas Ganjar.

Langkah penyerapan produk tani yang harganya sedang anjlok diapresiasi oleh Bank Indonesia. Kepala Perwakilan BI Jawa Tengah Rahmad Dwi Saputra, menyebut ada beberapa hal untuk menekan inflasi.

“Pertama, pastikan produksi pangan kabupaten atau kota kita serap untuk kepentingan kabupaten melalui BUMD, kita serap 10-20 persen, harapannya harganya tidak terlalu tinggi. Tingkatkan produktivitas petani melalui bansos, padat karya, dan subsidi transportasi. Terima kasih Pak Gubernur, sudah ajak serap komoditas yang harganya sedang turun dari pangan. Ini akan jadi insentif bagi petani untuk bertani,” urainya.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Jateng Dyah Lukisari mengatakan, saat ini tengah berkomunikasi dengan seluruh SKPD di Pemprov Jateng, terkait penyerapan produk pertanian. Nantinya, produk pertanian akan dikemas dalam paket-paket yang sudah ditentukan.

“Saat ini tidak hanya inflasi, tapi juga deflasi di harga sayur-sayuran yang membuat rugi para petani. Kalau tidak diserap, maka akan terjadi food loss atau tidak panen. Karena kalau dipanen tidak cucuk (seimbang) dengan harga jualnya,” ungkapnya.

Dyah mengatakan, saat ini harga komoditas yang sedang turun adalah telur, kubis, dan tomat. Di pasaran harga telur per kilogram mencapai Rp20.000, yang menurut peternak harga keekonomiannya mencapai Rp26-27 ribu. Sementara, harga kubis dan tomat hanya Rp500 hingga Rp1.000 per kilogram di tingkat petani.

“Di tingkat konsumen memang senang, tapi bagi peternak dan petani tidak. Cara bantu kita ke peternak dan petani, kita ASN menyerap produk tani,” sebutnya.

Dyah menyebut, langkah ini bukan hanya sekali dilakukan. Saat harga cabai jatuh, langkah beli produk tani Jateng juga digelar. Pada saat itu, ASN Pemprov Jateng memborong sekitar 1,1 ton cabai.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER